Para ulama dari berbagai daerah saat mengikuti Konferwil JATMAN Jabar di Ponpes Miftahul Huda Al Azhar Citankolo Kota Banjar. Foto: Muhafid/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Ratusan ulama dari berbagai daerah yang tergabung dalam Jam’iyah Ahlith Thariqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Jawa Barat menggelar Konferensi Wilayah (Konferwil) JATMAN Jabar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo Kota Banjar, Minggu (01/10/2017).
Dari pantauan HR Online, para ulama yang berasal dari 27 kota/kabupaten di Jawa Barat tersebut sebelum memulai Konferwil, mereka bersama-sama membacakan Manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani yang dipimpin langsung Pimpinan Ponpes Miftahul Huda Al Azhar, KH. Munawir Abdurrohim. Tak hanya itu, ribuan santri serta masyarakat setempat serta perwakilan dari pemerintah setempat juga tampak hadir di lokasi kegiatan.
KH. Muslih Abdurrohim, Ketua JATMAN Jabar, mengatakan, Konferwil yang dilaksanakan lima tahun sekali tersebut merupakan agenda wajib yang dilaksanakan organisasi para ulama di Jawa Barat tersebut. Selain itu, ia juga menyampaikan dalam Konferwil tersebut merupakan bentuk realisasi kepengurusan JATMAN Jabar dalam program-program yang sebelumnya sudah direncanakan.
“Kita ingin JATMAN merupakan organisasi yang benar-benar hadir di tengah masyarakat untuk selalu menjaga tradisi serta mengamalkan ajaran-ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyyah. Kita selalu memohon kepada Alloh agar negeri ini diberi kedamaian,” ujar Muslih yang juga pengasuh Ponpes Miftahul Huda Al Azhar.
Ia menambahkan, dalam Konferwil tersebut, para ulama mendorong agar masyarakat selalu waspada terhadap isu ataupun berita yang mengakibatkan perpecahan bangsa Indonesia. Dengan tabayyun, kata ia, masyarakat Indonesia diyakini akan terhindar dari isu-isu yang menyesatkan hingga perpecahan.
“Jangan sampai kita terjebak dengan berbagai isu yang mana kita tidak melakukan tabayyun terlebih dahulu sebelum meresponnya. Tentunya, para ulama selalu mengajak masyarakat untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI. Sebab, semboyan kita yang tidak bisa diganggu lagi adalah NKRI Harga mati,” tegasnya.
Menanggapi soal tragedi kemanusiaan muslim Rohingya di Myanmar, Muslih menegaskan para ulama merasa prihatin atas kejadian tersebut. Sebagai sesama muslim, ia bersama ulama lain turut mendoakan agar muslim di Myanmar selalu diberi ketabahan dalam menghadapi tragedi kemanusiaan itu.
“Kita juga memberikan sumbangsih dengan mengumpulkan dana yang mana disalurkan kepada mereka, tentunya semampu kita. Mudah-mudahan kejadian tersebut segera selesai dan tidak merambah ke Indonesia,” pungkas Muslih. (Muhafid/R6/HR-Online)