Banjar, (HR) -“KEBERHASILAN pembangunan Kota Banjar dibeberapa sektor cukup signifikan. Sangat jauh lebih baik dibanding saat masih bergabung dengan Kab. Ciamis. Bahkan menjadi ikon baru bagi Jawa Barat dalam program pembangunan unggulannya. Bantuan keuangan perdesaan masing-masing sebesar Rp. 1 milyar, sebanding dengan Kep. Natuna yang notabene kaya minyak dan gas alamnya. Sebagai bahan evalusi, “HR” mengangkat suara hati warga Kota Banjar kelas bawah”.
PEMBANGUNAN infrastruktur Kota Banjar maju pesat, meski belum mencapai usia 5 tahun. Sangat jauh lebih baik dibanding saat masih bergabung dengan Kab. Ciamis. Ini berdampak positif pada peningkatan IPM Kota Banjar itu sendiri. Angka indikator pendidikan dan kesehatan, menunjukan peningkatan cukup baik. Saat ini Pemkot Banjar dituntut kerja keras untuk meningkatkan indeks daya beli masyarakat.
Kenyataan ini diakui mayoritas publik. Membangun memang tak se?mudah membalik telapak tangan. Apalagi menunggu dampak positif dari hasil pembangunan itu sendiri. Hal ini tersirat dari pengakuan ma?syarakat, khususnya arus bawah. Bi?sa diibaratkan pembangunan infra?struktur seperti perkalian, sedangkan peningkatan daya beli masih seperti deret hitung.
Tolib (45) Rt 02/06 Dusun Mar?gasari Desa Bojongkantong Kec. La?ngensari dibarengi Munaris (60) warga Dusun Kalapasabrang-Desa Kujangsari Kec. Langensari, me?nyampaikan pendapatnya. (07/04). Diakuinya, pembangunan infrastruk?tur berjalan pesat dan hampir merata. Bahkan jalan Kip disetiap per?kampungan sudah hampir semuanya beraspal.
“Tapi, pendapatan buruh tani seperti kami belum sesuai harapan. Kami berharap, Pemkot Banjar dapat menciptakan peluang dan menga?rahkan masyarakat agar perekonomiannya juga meningkat. Kelompok generasi muda yang masih nganggur juga supaya menjadi perhatian utama pihak Pemkot Banjar. Mereka kan ge?nerasi penerus yang akan meng?gantikan kita”, ungkap keduanya.
Dori (49) warga Rt.03/04 Dsn. Margasari, Desa Bojongkantong, Kec. Langensari, menyampaikan pe?nilaiannya. Kemajuan Banjar sangat pesat dibanding ketika masih ga?bung dengan Ciamis. Salah satunya berobat ke Puskesmas, membuat KTP tak perlu bayar, alias gratis. Na?mun; program bantuan bagi warga miskin jugs harus tepat waktu dan tepat sasaran sesuai kondisi.
Dori menggambarkan pelaksanaan Operasi Pasar Murah (OPM) pada harga beras beberapa waktu lalu. Sasaran program itu ditujukan pada masyarakat tidak mampu. Tapi ke?nyataannya, warga tidak mampu cenderung jadi penonton.
“Geus puguh orang tidak mampu, rek boga duit timana ?Jaba nga?dadak, tambah deui meulina kudu sakarung. Dahareun hareupeun (api teu bisa milu ngadahar. Apa?nan kalah watir… !. Apa artinya pem?bangunan kalau untuk makan sehari-hari masih susah. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Tapi tolong ini dipikirkan dan dicarikan jalan keluar?ya”, pinta Dori. Dori mengaku tak habis pikir. Ora?ng yang punya duit diperbolehkan membeli beberapa karung beras. Otomatis dalam waktu singkat beras OPM itu habis.
“Akhirnya pindah ke warung-?warung dengan harga menjadi Rp. 5000/Kilogram dari Rp. 3700. Dengan kejadian seperti itu, itikad baik men?sejahterakan masyarakat malah menjadi lebih menyakitkan untuk orang?-orang jompo ini,” kata Dori dengan di iyakan oleh teman-temannya Ad?wan (60), Muhajir (59), Kasno (50), dan Nasirin (25).
Ponijah (57); warga Rt 05/06 Dusun Sindang galih Desa Rejasari Kec. Langensari, mengaku sangat berte?rima kasih kepada Pemkot yang se?ring memberikan bantuan. “Tapi kalau bisa, Bantu kami men?dapat pekerjaan. Bukan tidak berte?rima kasih pada bantuan langsung yang diberikan. Tapi, lama-lama kan malu. Selain itu, yang namanya bantuan kan ada batasnya. Sedang?kan kebutuhan, semakin hari, makin bertambah. Jadi mungkin, Banjar se?lain untuk kota transit juga harus mengadakan pabrik, agar penganggur bisa diserap dikerjakan di pabrik tersebut?, ungkapnya.
Komar Ahdi (67) petani , warga Dusun Kedungwaringin Desa Wari?nginsari Kec Langensari, menilai pembangunan infrastruktur di Kota Banjar sangat pesat. Termasuk pem?bangunan irigasi untuk kebutuhan pertanian. “Aktivitas masyarakat jugs sema?kin meningkat. Tapi tolong perhati?kan juga hal lainnya..Seperti kebutu?han benih dan pupuk bagi petani. Khususnya, sarana produksi tani ter?masuk pengelolaan pasca panen. Se?bab percuma juga kalau hasil panen melimpah sementara harga jual me?nurun. Apalagi kalau sulit menjual”, ungkap Komar.
Menurut pandangan Dede (33) warga Rt 01/O1 Dusun Langen Desa Waringin Sari Kec. Langensari, le?mahnya ekonomi masyarakat desa bi?sa dilihat dari banyaknya warga desa yang merantau ke kota-kota besar.
“Mereka bukan piknik. Tapi men?cari nafkah, sebab peluang kerja di Kota Banjar masih sempit. Siapa sih yang mau susah di negeri orang bila di kampung sendiri masih dapat peng?hasilan yang layak ?”, ungkap Dede.
Gino Wagino (50) Dusun Ranca Bulus Desa Rejasari Kec Langensari, menilai kemajuan pembangunan Ko?ta Banjar sudah sangat baik dari se?belumnya. Sudah hampir semua Jalan di aspal, irigasi, sarana pendidi?kan bahkan sarana ibadah.
“Tapi masih ada aparatur Desa yang terlalu banyak mengambil keuntungan pribadi atau kelompok?nya. Laba keuntungan yang diambil hampir maparo dengan pembelian. Saya harap aparatur tidak membe?rikan contoh bisnis yang tidak sehat kepada masyarakat,” pintanya.
Hendrajat (31) Rt 04/03 Dusun Cijurey Desa Kujangsari Kec. La?ngen mengatakan kepada HR, jalan di Banjar bocor saeutik terus di tambal terus di omean, sosialisasi dari pemerintah langsung diberitahukan kepada masyarakat lewat Rt/Rw, pos-?pos sudah berjalan aktif.
“Banjar sudah mulai beranjak maju, masalah perekonomian lemah mung?kin karena peluang kerja belum ter?buka lebar. Seperti saya ini termasuk pengangguran terselubung. Masalah ada korupsi eta mah duka, da anu di damelna oge di nu arari?uh, “katanya.
Ani (42) Rt 09/02 Dusun Mulyasari Desa Mulyasari Kec. Pataruman me?ngatakan, selain pembangunan in?frastruktur, segi kesehatan jugs me?ningkat. Pelayanan Puskesmas di kampungnya terhadap warga sudah semakin baik. Berobat cukup mem?bawa kartu Askeskin saja dan tidak perlu bayar.
“Tapi segi ekonominya belum ter?lihat peningkatan yang mencolok. Bantuan permodalan yang diturun?kan bagi warga desa mudah-mudah?an tepat sasaran: Sehingga ada pe?luang yang lebih baik bagi masya?rakat ekonomi lemah untuk mening?katkan pendapatannya. Jangan ada lagi istilah yang miskin tambah mis?kin,”Ungkapnya.
Ahmad (49) pedagang makanan di SD Balokang, Dusun/Desa Cibeu?reum Kec. Banjar, menceritakan ke?pada HR, dirasakan kemajuan Banjar menjadi kota sudah terasa, pendidikan, kesehatan, infrastruktur sudah berubah, masyarakat luar Kota Banjar melihat seperti ini menjadi ingin bergabung ke Kota Banjar.
“Kemajuan Peningkatan pereko?nomian masyarakatnya tinggal ter?gantung pemerintahannya saja, man tidak memperhatikan warganya, dann untuk.saya sendiri penghasilan tera?sa masih belum ada peningkatan dan itu juga bukannya tidak di syukuri, tetapi berharap dari kemajuan Banjar menjadi kola ada peningkatan,” Ung?kapnya.
Dadang Paraladera (42) pengrajin seni ukir Pahat Muda Karya, Dusun Warga Mulya Desa Purwaharja Kec Purwaharja mengatakan kepada HR, sisi perubahan kemajuan kola Banjar sudah terasa, ekonomi maju, warga Banjar sudah bisa belanja ke Yogya, penguatan ekonomi UKM sudah mulai akan disalurkan.
Akan tetapi, Dadang menyoroti mengenai menggali potensi sumber alam yang bisa meraih investor dari luar kola Banjar, seperti Situ Mustika yang keberadaannya di lokasi per?hutani. “Tinggal ada kemauan dari pihak Pemkot dan Perhutani menja?dikan Situ Mustika sebagai wahana rekreasi. Misalnya, tempat hiburan, live musik, Caffe, atau tempat wisata hutan,” ujarnya.
Wawan Ketua Rest Area Parung?sari dan penjaga Galeri Banjar Ida?man, Rt 08/03 Dusun Parungsari, Desa Karang Panimbal, Kec. Purwa?harja, mengungkapkan kepada HR, di bidang Pendidikan, Kesehatan, su?dah dirasakan ada kemajuan. Begitu pula perekonomian lambat laun ada peningkatan.
“Saat ini tinggal bagaimana pihak Pemkot melalui intansi terkait dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada, diolah untuk dijadikan se?buah produk berkualitas. Beberapa waktu lalu, di wilayah desa kami su?dah dilakukan penelitian dari Lem?baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengenai sumber air yang bisa dijadikan air kemasan mineral. Na?`mun, lagi kawasan tersebut berada di hutan pengelolaan Perhutani,” bebernya.
Memed (48) yang berprofesi seha?ri-hari menggayuh becak, warga Rt 02/16 dusun Tanjungsukur, Desa Hegarsari, Kec. Pataruman, perkem?bangan perkotaan berdampak terha?dap penghasilannya. “Setiap pemba?ngunan memang berimbas terhadap sektor usaha lainnya, misalnya usaha saya. Banyaknya jalur baru angkot mengurangi minat masyarakat meng?gunakan jasa becak,” ungkapnya.
Untuk itu, Memed berharap de?ngan mulai beralih kebiasaan masya?rakat Kota Banjar menjadi masyarakat perkotaan. Pemkot sejak dini harus sudah bersiap mengantisipasi perge?seran usaha sebagian warganya. “Kalau ada pekerjaan lebih baik saya mau pindah profesi, karena semua ini demi mempertahankan hidup. Jangan sampai sayaa terjerat semakin dalam oleh lilitan utang Kosipa,” keluhnya seraya mengakui sehari harus mem?bayar utang kepada 4 orang penagih Kosipa.
Pesan satir pun terlontar dari Ai Utir (37), warga dusun Tanjungsukur, Desa Hegarsari, yang mengatakan, perubahan status Banjar menjadi Pemkot belum dapat dirasakan seca?ra nyata terhadap tingkat perekono?mian warganya. “Jalan, gedung dan pembangunan infrastruktur lainnya memang Laleucir. Akan tetapi tingkat perekonomian warga yang saya rasakan maju tidak mundur tidak istilahna mah anggeur wae penghasilan gedena sakitu kawas kamari. Jadi tolong, pihak Pemkot itu perhatikan warganya, jangan hanya memperhatikan ke?luarganya saja,” ketusnya. (Hdht/Tim)