Banjarsari, (harapanrakyat.com),- Sejumlah tanaman padi di komplek pesawahan Ciilat Desa Cicapar Kec. Banjarsari diserang hama dedet. Akibatnya, sebagian tanaman padi di komplek tersebut itu mati. Padahal, padi rata-rata baru berumur sekitar delapan minggu atau dua bulan.
Tanda-tanda kondisi padi yang terkena hama itu, pada awalnya warna daun padi berubah menjadi kekuning-kuningan. Kemudian selang beberapa hari batangnya pun memerah hingga kekuning-kunigan, sehingga tanaman padi yang terkena hama dedet menjadi merunduk. Setelah itu akar padinya tidak ada, hingga akhirnya padi membusuk.
Burhan (58), salah seorang petani di Desa Cicapar mengaku baru pertama kali diserang hama padi jenis dedet ini. Ia mengaku seperempat sawahnya terkena hama tersebut. â Memang tidak dalam satu kotak sawah hama itu menyerang, tetapi sifat penyerangan hama itu berblok-blok,â katanya, kepada HR, Selasa (18/01).
Agar hama padi itu tidak menyebar, lanjut Burhan, dia bersama petani yang lain hanya memberikan pestisida dan beberapa racun hama padi yang dia beli untuk mengusir serangan hama dedet itu.
Hal yang sama juga dialami Umar (66), salah seorang petani di komplek Pesawahan Pasirgaru. Dia mengatakan sedikitnya satu meter persegi tanaman padi miliknya seluas 50 bata terserang hama dedet ini.
Dia mengaku bingung menghadapi serangan hama ini. Jika tanaman padi yang mati akibat hama itu diganti, tentu tidak akan bisa. Sebab tanaman padi yang lainnya telah berusia sekitar 2 bulan. â Kalau tanaman padinya baru seminggu atau sepuluh hari, mungkin masih bisa diganti dengan benih yang baru,â katanya.
Jika kondisi padi demikian, Umar tak mau bermimpi akan dapat untung besar dari tanaman padinya. Meski begitu, dia terus berupaya merawat tanaman padinya dengan harapan supaya hama itu tidak terlalu menyebar ke tanaman padi yang lain.
Dia pun berharap Pemkab Ciamis melalui Dinas Pertanian memberikan obat-obatan pengusir hama padi itu agar tanaman padinya membaik.
Sementara di Kecamatan Panjalu, areal pesawahan milik warga dan tanah bengkok milik desa Desa Bahara seluas 60 hektar gagal panen. Hal itu disebabkan serangan hama tikus yang membabi buta. Sejumlah petani di daerah itu pun mengeluh.
Sekdes Desa Bahara, Acun, kepada HR, Selasa (18/1), mengatakan, hama tikus yang menyerang tanaman padi pada musim panen kali ini tidak bisa diatasi, meski berbagai usaha untuk menumpasnya sudah dilakukan, mulai dengan cara pengasapan, diracun, ataupun diburu. â Tetap saja, tikus merajalela,â katanya.
Akibat serangan hama tikus tersebut, membuat areal pesawahan seluas 60 hektar itu hanya bisa memanen 10 persen sampai 15 persen padi, dan itupun dipanen sebelum pada waktunya.
Kaur Umum Desa Bahara, Nono, mengungkapkan, dalam satu tahun ini serangan hama tikus yang menyerang tanaman padi di desanya terjadi dua kali dalam satu tahun. âYang paling parah awal tahun ini,â ucapnya.
Sementara menurut seorang petani, warga Dusun Karanganyar Desa Bahara yang namanya enggan dikorankan, banyaknya hama tikus yang menyerang areal pesawahan di daerahnya, tidak menutup kemungkinan disebabkan dari seringnya sebagian orang memburu ular predator pemangsa tikus yang tujuannya untuk dijual, sehingga tikus-tikus semakin leluasa berkembang biak.
Meski antisipasi warga dengan melakukan pengobatan ataupun dengan cara diburu, kata dia, akan tetap saja percuma, kalau kelompok orang yang sering memburu ular masih saja sering beraktivitas melakukan pemburuan ular di areal pesawahan. (Amlus/Dji)