Minggu, April 2, 2023
BerandaBerita BanjarSiap-siap Menjelang Lebaran, Muncul “Bata Bedug”

Siap-siap Menjelang Lebaran, Muncul “Bata Bedug”

Menjelang lebaran harga batu bata merah di Dusun Sinargalih, Desa/Kec. Langensari, Kota Banjar menurun drastis. Warga setempat biasa menyebutnya dengan istilah “Bata Bedug”. Tampak, Sutarman membereskan bata hasil cetakannya yang siap dibakar. Foto : Deni Supendi/HR.

Langensari, (harapanrakyat.com),- Harga batu bata merah di wilayah Sinargalih Desa/ Kec. Langensari Kota Banjar mengalami fluktuatif. Bahkan, menjelang lebaran harga batu bata merah di wilayah ini mengalami penurunan drastis. Warga setempat biasa menyebutnya dengan istilah “Bata Bedug”.

Sutarman, pengrajin batu bata asal Sinargalih, Minggu (31/7) mengatakan, harga batu bata merah di wilayahnya tergolong tidak stabil. Pasalnya, setiap momen dan pengrajin memiliki patokan harga tersendiri.

Menurut Sutar, kondisi seperti itu menyulitkan dirinya dan pengrajin lain membuat harga batu bata tetap stabil. Selain itu, keadaan tersebut juga membuat persaingan harga antar pengrajin batu bata menjadi kurang sehat.

Lebih jauh dia menjelaskan, di beberapa wilayah, harga batu bata bisa mencapai Rp.4 ratus, di tempat lainnya harganya hanya mencapai Rp 3 ratus. Bahkan, jika mendekati lebaran, harganya bisa turun drastis, terkadang di bawah Rp.3 ratus.

“Disini kami memiliki istilah (Bata Bedug), batu bata yang terpaksa dijual menjelang idul fitri. Dimana harga batu bata bisa merosot hingga angka yang paling rendah,” katanya.

Padahal, lanjut Sutar, harga bahan baku pembuat batu bata sering tidak mengalami penurunan. Hanya saja, sebagian pengrajin terpaksa menjual batu bata dengan harga rendah lantaran butuh uang untuk lebaran.

Kabid Ekonomi Pembangunan (Ekbang) Desa Langensari, Erwan, Senin (1/8) membenarkan kondisi yang dialami pengrajin batu bata di wilayahnya. Menurut dia, istilah bata bedug masih melekat dengan warga dan pengrajin batu bata di Sinargalih.

Di tempat terpisah, Kabid Perindustrian Disperindag Kota Banjar, Usman, Senin (1/8) mengatakan, pihaknya terus berupaya menggenjot produksi batu bata di tingkatan pengrajin.

Meski diakui Usman, pihaknya tidak bisa menentukan harga batu bata, termasuk ketika ada istilah “bata bedug” jelang lebaran. Dia menjelaskan, munculnya istilah bata bedug, kemungkinan lantaran pengrajin tidak bisa membendung kebutuhan saat menjelang lebaran.

“Kalau sudah berhubungan dengan kebutuhan, apalagi menjelang lebaran. Mau bagaimana lagi, toh kondisinya sudah seperti itu,” kata Usman. (deni)