Banjar, (harapanrakyat.com),- Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Diperindagkop) Kota Banjar, membantah jika pihaknya dituding tidak memperdulikan nasib para pengrajin tahu dan tempe di Kota Banjar.
Adanya kegiatan pembinaan untuk peningkatan SDM maupun kualitas produksi, serta pemberian alat produksi kepada para pengrajin adalah salah satu bentuk kepedulian dari Diperindagkop.
Hal tersebut dikatakan Kabid. Perindustrian Diperindagkop Kota Banjar, Dra. Titi Winarti, M.Pd., pada HR, Senin (16/4), terkait adanya tudingan dari sejumlah aktifis yang mempertanyakan mengenai kinerja pihaknya dalam pembinaan terhadap industri kecil menengah (IKM), khususnya pengrajin tahu dan tempe di Kota Banjar.
âPerlu diketahui, bahwa pembinaan itu ada dua macam, yaitu pembinaan formal dan informal. Kalau pembinaan formal, itu melalui kegiatan, seperti diadakannya pelatihan dengan menghadirkan ahli sesuai jenis usahanya, misalkan usaha tahu, berarti kita mengundang ahli pembuatan tahu. Sedangkan pembinaan informal tidak ada kegiatan, jadi kita terjun langsung ke tempat-tempat usaha IKM untuk mengetahui kendala yang terjadi di lapangan. Dan selama ini yang kita bina itu bukan usaha tempe dan tahu saja,â jelasnya.
Lebih lanjut Titi mengatakan, berdasarkan adanya aspirasi dari masyarakat, yang kebetulan di Bidang Perindustrian juga ada di RPJM, maka untuk tahun 2012 ini pihaknya mempunyai program pelatihan bagi pengrajin tahu dan tempe, berikut dengan bantuan alat produksi.
Kegiatan pelatihan bagi pengrajin tahu dan tempe se-Kota Banjar akan dilaksanakan sekitar bulan Mei-Juni, yaitu di akhir triwulan dua. Kegiatan tersebut sudah ada di DPA.
Sementara mengenai banyaknya tahu Ciamis masuk ke Banjar, katanya, itu karena jumlah pengrajin tahu di Kota Banjar sedikit dan mereka hanya sebagai pengrajin mikro yang volume produksinya juga sedikit.
Namun, jarangnya tahu produksi Banjar ditemui di pasar Banjar bukan berarti tidak laku di pasaran, tetapi justru pemasaran tahu produksi Banjar lebih banyak ke luar daerah.
Berdasarkan data yang tercatat pada Bidang Perindustrian, di Kota Banjar ini ada 75 pengrajin tahu dan 51 pengrajin tempe dengan volume produksinya sedikit. Namun, bagi mereka yang ingin menambah volume produksi tetapi terkendala alat produksi, maka pihaknya akan memberi bantuan berupa peralatan, caranya yaitu mengajukan proposal terlebih dahulu.
âJumlah pengrajin tahu dan tempe paling banyak berada di Kec. Banjar, tepatnya di Desa Balokang. Dan tempat tersebut sudah dikaji oleh tim dari UNPAS Bandung sebagai sentra produksi tahu dan tempe di Kota Banjar. Selanjutnya, untuk bantuan peralatan, saat ini kita akan memberi bantuan alat produksi kepada pengrajin tahu di Balokang milik Haji Oding, karena dia membutuhkan alat untuk menambah volume produksi tahunya,â kata Titi.
Kemudian, berdasarkan rekomendasi hasil kajian klasifikasi produk IKM Kota Banjar tahun anggaran 2008, untuk produksi tahu berada di wilayah Kec. Pataruman dan Kec.Banjar, sedangkan produksi tempe di Kec. Purwaharja, Banjar, dan Kec. Langensari.
Dia menambahkan, mengenai koordinasi dengan OPD terkait lainnya, Titi mengaku, bahwa koordinasi itu tetap ada, bukan hanya masalah program pembinaan pengrajin tahu dan tempe saja, tapi setiap program berkaitan dengan OPD lain.
âKalau untuk masalah pembuatan saluran pembuangan limbah tempe dan tahu yang dilakukan oleh Dinas PU, itu karena di PU ada anggaran untuk pembangunan limbahnya, sedangkan di kita hanya untuk bantuan peralatannya saja,â pungkas Titi. (Eva)