(Di Perbatasan Sukamantri dan Panumbangan)
Ciamis, (harapanrakyat.com),- Jembatan yang menghubungkan Desa Tenggerharja Kec. Sukamantri dan Desa Payung Agung Kec. Panumbangan amblas, sekitar satu bulan yang lalu. Akibatnya, sejumlah warga dan pelaku usaha dari daerah setempat tidak lagi bisa memanfaatkan akses jalan tersebut.
Untuk menjalankan rutinitas sehari-hari, warga dan pelaku usaha yang biasa melewati jembatan tersebut, kini terpaksa harus melintasi jalur Hujungtiwu Kec. Sukamantri, dengan rute perjalanan tiga kali lebih jauh.
âTerpaksa kami harus memutar arah bila ingin ke Panumbangan, dengan melalui Hujung Tiwu Sukamantri yang jaraknya berkilo-kilo, bensinpun tiga kali lipat kami keluarkan dari biasanya,â Ungkap pengrajin Aci asal Desa Tengger, Emen, Selasa (10/4).
Menurut Emen, jembatan tersebut merupakan akses ekonomi strategis, untuk menjual hasil bumi, seperti kayu, kopi, ternak ayam, pakan dan yang lainnya, termasuk rutinitas warga sehari-hari.
Emen menambahkan, jembatan yang amblas tersebut mencapai 10 meter dengan lebar 3 meter. Akses itu kini tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, bahkan roda dua. Tak pelak, kejadian itu juga, menyedot modal para pelaku usaha, hingga tiga kali lipat.
âKami berharap akses itu segera diperbaiki. Terus terang, dengan putusnya jembatan tersebut, kocek kami menjadi terkuras,â katanya.
Warga yang namanya enggan disebutkan, mengaku, dirinya mengetahui bahwa Pemerintahan Desa setempat sudah pernah melaporkan perihal putusnya jembatan tersebut kepada pihak kecamatan dan Pemkab. Ciamis.
âJawabannya, Pemkab. Ciamis masih menunggu anggaran melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Namun, mengantisipasi hal itu, warga dan pihak desa menyiapkan sasak/ jembatan darurat, menggunakan batang pohon kelapa,â ungkapnya.
Ketika dihubungi melaui telepon selulernya, Camat Sukamantri, Adang Daradjat dan Kasi Jembatan Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga, SDA dan ESDM Kab. Ciamis belum memberikan tanggapan.
Beberapa sumber yang berhasil dihimpun HR, menyebutkan, Desa Tengger memiliki potensi pertanian yang diunggulkan, seperti jagung, ternak ayam, ternak sapi, tanaman kopi dan budidaya cabai merah keriting.
Hanya saja, tingkat kerawanan gerakan tanah harus selalu diwaspadai. Apalagi, jika berkaca pada longsor yang terjadi pada tahun 2010 di wilayah itu. kala itu, bencana longsor tersebut menyebabkan 11 rumah rusak, 20 rumah lainnya terancam, 2 (dua) masjid terancam ambruk, dan 3 (tiga) KK terpaksa harus mengungsi. (DK)