Senin (9/3) pembangunan pasar tradisional dengan bangunan modern telah selesai dengan menghabiskan biaya Rp. 20 miliar lebih, kelompok pedagang warga pasar itu menyelenggarakan syukuran bersama dengan tema kegiatan âBanjar Berzikirâ dilaksanakan pada malam hari. Pertanyaannya, mampuhkah pasar ini menghadirkan kondisi nyaman, bersih, aman, tertib, seperti pasar tradisional di Solo?. Atau pasar-pasar tradisonal dengan bangunan modern di berbagai daerah?.
Kunci itu semua kembali pada pengelola (Pemkot Banjar) dan pedagangnya sendiri harus tahu diri dan bisa diatur, jangan masih memakai adat sulit diatur dan mau enak sendiri bila pedagang di pasar Banjar masih berkarakter egois. Kenyamanan tak akan terwujud dan konsumen pun enggan berbelanja, konsumen kini sudah berpikiran maju dengan meminta pelayanan prima dari pedagang itu sendiri. Dan bangunan pasar itu adalah milik Pemkot Banjar, juga sebagai pengelola harus bisa memberikan pelayanan publik yang prima. Gitu⦠lhooâ¦!
Menurut Wiliam J. Stanton (1993:92) pasar dapat didefinisikan sebagai berikut. âPasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannyaâ. Dari definisi diatas terdapat 3 unsur penting di dalam pasar yaitu; Orang dengan segala keinginannya, Daya Beli mereka, Kemauan untuk membelanjakannya.
Egoisnya pedagang pasar Banjar yaitu sangat alergi dengan kompetitor yang disebut Plaza, khawitarannya takut kalah berkompetisi dalam menyerap konsumen. Padahal pemikiran itu adalah sebuah pemikiran sempit bagi warga pasar Banjar, dalam pemahaman apa arti hidupnya sebuah kota. Tanpa kompetitor (pesaing) dalam bisnis tak akan maju untuk bangkit, melewati pesaingnya. Kuncinya sebenarnya bagi pedagang pasar Banjar bisa memberikan pelayanan yang baik pada konsumen. Dengan kondisi pasar nyaman, bersih, tertib, dan aman. Karena pasar tradisional punya kelebihan signifikan. Konsumen dalam berbelanja bisa negosiasi atau menawar kepada penjual, tapi pasar modern (Mall, atau square) tidak ada tawar-tawar harga mau beli tidak yaa sudah.
Tapi Plaza, Mall, dan Square, memberikan pelayanan prima kepada konsumen, sejuk, rapih, bersih disitu bukan hanya untuk berbelanja saja, ada sarana hiburan, café, resto dan tempat rekreasi keluarga bahkan ada hotel dan bioskop. Itu lebihnya. Plaza adalah ruang publik terbuka (open air), biasanya minimal ada satu bangunan yang menyertainya, kadang dikelilingi bangunan lain. Dalam terminologi budaya kita dikenal sebagai alun-alun, sebuah ruang publik terbuka yang dibatasi oleh bangunan pemerintahan, mesjid, penjara dan pasar. Warga kota Bandung tentunya mengenal ruang publik terbuka seperti alun-alun kota, Taman Balai Kota, Tegalega dan Gasibu.
Kata plaza berasal dari istilah Spanyol, memiliki arti yang mirip dengan city/town square dalam bahasa Inggris, atau piazza dalam bahasa Italia. Arti plaza kemudian mulai bergeser, mungkin berubah makna akibat statistik, bahkan ketika sama sekali tidak ada ruang publik terbuka tetap diberi nama plaza.
Atau plaza adalah; – Pusat pertokoan dengan tempat parkir (The English Dictionary). Alun-alun atau semacam area terbuka di dalam kota (the heritage illustrated dictionary of the English language). Plaza menurut kamus besar bahasa Indonesia alun-alun kota, pusat pertokoan dengan tempat parkir, tempat yang luas beraspal untuk mobil.
Saat ini bila kita memasuki kota, kabupaten bahkan kecamatan, salah satu visual yang menyolok mata adalah bangunan yang bernama plaza. Tempat tersebut pusat perbelanjaan modern, âsangkar besiâ beranak pinaknya konsumerisme atau yang sering dirancukan dengan istilah âmall atau squareâ. Intinya sama pasar besar. Dengan perkembangan menjadi sebuah kota, kota Banjar tak akan bisa membendung keinginan masyarakat untuk lengkapnya ruang publik terbuka, seiring dengan kemajuan zaman globalisasi. Plaza, Mall, dan Square akan bermunculan seperti di kota dan kabupaten lainnya. Bila itu tidak ada di kota Banjar, pasti masyarakat akan berbelanja ke kota dan kabupaten terdekat.
Berarti pola pikir Pemkot Banjar dan warga pasarnya, harus paham dan jangan berpandangan sempit dan harus memberikan pelayanan kepada masyarakat konsumen dengan prima. Tak akan bisa dibendung, bila orang dengan segala keinginannya. Daya beli mereka. Kemauan untuk membelanjakan, ke tempat lain. Itu hak gue, emang lhoo..siapa larang gue, belanja ke tempat lain duit gue.di tempat lhoo. Itu bau apek, kotor, engga tertib dan engga aman lagi. Jangan sampai ada pikiran begitu dari konsumen menilai pasar Banjar sekarang ini. Pasar Banjar siap bersaing dengan Plaza, Mall, dan Square siapa takut. Gitu⦠kudunya juga, bangkitkan kembali pasar Banjar yang tak pernah tidur. Seperti tempo doeloe, Sekarang penampilan Pasar Banjar sudah modern. Terus gimana doong.***