(Salam Buat Pak Ical, Pak Agun, Pak Herman dan Bunda Ade Uu Sukaesih)
Oleh : B. Hamara & Pepep Riswanto Akbar
Kata siapa nasib seseorang tidak bisa berubah, yang merubah nasib sesorang adalah orang itu sendiri. Perubahan nasib itu tak seperti membalikan telapak tangan, dengan mudah dilakukan. Perubahan nasib itu harus dengan perjuangan, meskipun pahit dirasakan.
Namun bila berhasil, kebahagian yang didapat. Tapi bila tidak berhasil, adalah keberhasilan yang tertunda. Tentu tak perlu putus asa, berdoa kepada yang maha kuasa dan berjuang lagi. Agar keberhasilan bisa diraih.
Selasa sore (29/5) beberapa orang anak bermain di halaman rumah, di Lingkungan Parunglesang, Desa/Kec/Kota Banjar asyik bermain, mereka tersentak kaget mendengar suara capung besi terbang melintas di atas halaman rumah.
Capung besi itu adalah helikopter, terbang melayang di angkasa yang ditumpangi Pak Ical (Aburizal Bakrie) Ketua umum DPP Partai Golkar yang baru usai mengadakan kunjungan di Kota Banjar.
Umumnya anak-anak kampung yang jarang melihat burung besi terbang, mereka bersukaria melihatnya. Mungkin aneh bercampur senang, sambil berteriak, âkapal menta duitâ.
Salah satunya Ucu Somantri, bocah kecil dengan kelainan fisik, dibandingkan dengan kawan bermainnya yang normal. Dia pun ikut bersuka ria seperti anak-anak normal lainnya, sayang Ucu tak bisa berdiri dan berlari normal seperti teman-teman bermainnya. Ucu hanya berdiri dengan satu kaki, tentu saja tak bisa bertahan lama. Sebentar-bentar jongkok dan berdiri lagi dengan satu kaki.
Tentu saja nasib Ucu tak sebagus nasib Ical kecil dulu, yang mendapat suport dari ayahandanya Achmad Bakrie. Yang berjuang dan berhasil menjadi saudagar kaya di negeri ini. Dengan santun mendidik anaknya menjadi manusia yang berhasil seperti Pak Ical, semua orang tahu siapa Aburizal Bakrie di negeri ini.
Dia di calonkan jadi Presiden, di Pilpres 2014 nanti oleh partainya Golkar. Ucu pun tak sebaik nasib Pak Agun (Agun Gunandjar Sudarsa) anggota DPR RI sekaligus Ketua Komisi II dari Dapil IX Kuningan, Ciamis, Banjar.
Tersirat dalam pikiran kita, nasib Ucu akan berubah bila dapat barokah, ternyata Pak Ical, Pak Agun, dan DR. dr. H. Herman Sutrisno, MM., tentu saja Ibu Hj. Ade Uu Sukaesih, S.IP. M.Si (Wali Kota Banjar dan Ibu). Bisa berkenan membantu anak manusia yang malang seperti Ucu.
Terbayang kebahagian keluarga Mulyana dan istri Lilis, si buah hati Ucu bisa mendapat bantuan biaya operasi. Untuk mengurangi ketersiksaan fisik anaknya, yang membelenggunya sejak lahir, bisa normal meskipun tak seratus persen. Tapi Ucu bisa sekolah, seperti anak lain.
Siapa tahu kelak Ucu menjadi anak pintar, soleh dan kaya, seperti orang yang berhasil dan beruntung. Mudah-mudahan Allah Swt, mendengar keinginan keluraga Mulyana dan ibu Lilis, si buah hati Ucu menjadi orang yang berguna bagi kedua orang tuanya dan masyarakat dan bangsanya.
Selamat Berhasil dan Sukses selalu Pak Ical. Doa kami orang kecilâ¦..
***
Kelainan fisik yang dialami Ucu Somantri (7), dimana bagian kakinya dari paha hingga betis kondisinya terlihat merapat, dan alat kelaminnya memiliki dua lubang, membuat Ucu tidak dapat berjalan dengan normal.
Pada waktu dilahirkan 11 Nopember 2005 lalu, anak pasangan Lilis Lisnawati dan Mulyana, warga Situ Bentang, Lingkungan Parunglesang, Desa Banjar, Kec/Kota Banjar, hanya dibantu indung beurang (dukun beranak).
Kedua orang tua Ucu ingin sekali mengobati anaknya supaya dapat berjalan normal. Bahkan, tahun ini Lilis menginginkan Ucu masuk sekolah agar masa depan anaknya bisa lebih baik, dan menjadi orang yang berguna bagi keluarga maupun orang lain.
Upaya pengobatan pun pernah dilakukan Lilis dan Mulyana, yakni dengan cara membawa Ucu berobat ke RSUD Banjar. Lilies mengatakan, berdasarkan keterangan dari pihak Rumah Sakit, dulu sebetulnya dia mengadung anak kembar siam, namun kondisi janinnya tidak normal.
Pihak RSUD pun menyarankan supaya Lilis membawa Ucu ke RS. Hasan Sadikin Bandung untuk melakukan operasi. Namun apa daya, penghasilan Mulyana dari usahanya sebagai tukang servis elektronik keliling tidak lah seberapa. Akhirnya Lilis dan Mulyana terpaksa mengurungkan niatnya untuk mengoperasi Ucu karena terbentur biaya.
âSebagai orang tua tentu kami merasa khawatir dengan kondisi fisik anak kami seperti ini. Semakin besar maka Ucu semakin tahu apa kekurangan yang ada pada badannya,â kata Lilis, saat ditemui HR di rumah kontrakannya, Senin (28/5).
Menurut Lilis, yang dilakukan Ucu setiap hari hanyalah bermain dengan teman sebayanya di sekitar lingkungan rumahnya. Memang Ucu saat ini belum merasa minder dengan kekurangan yang ia miliki. Lilies mengatakan, yang Ucu inginkan hanya bermain dan terus bermain.
Meski demikian, Lilis dan Mulyana berharap adanya orang yang mau memberikan bantuan untuk biaya operasi anaknya tersebut, agar Ucu bisa berjalan normal seperti teman-temannya. ***