(Pasca Panen Rambutan Si Batulawang tak Tingkatkan LPE Petani)
Banjar, (harapanrakyat.com),- Meski jenis rambutan Si Batulawang sudah menjadi ciri khas Kota Banjar, namun rambutan tersebut hanya bisa didapat pada saat musimnya saja. Selain itu, dari hasil penjualan belum mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat, khususnya petani Si Batulawang.
Padahal, yang dinamakan produk unggulan justru seharusnya paling mudah ditemui di pasaran lokal. Seperti halnya di daerah Kab. Kuningan, dimana produk unggulan berupa tape ketan hitam yang dikemas dalam ember, opak dikemas dengan baik menggunakan dus, serta syrup jeruk Nipis, begitu marak dijual oleh para pedagang lokal, mulai pedagang di kawasan perbatasan hingga toko-toko makanan olahan.
Agar jenis rambutan itu dapat ditemui dengan mudah di pasaran, serta harga jualnya tinggi, para petani berharap pihak pemerintah kota, dalam hal ini Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Banjar, memberikan pembinaan untuk pengolahan rambutan Si Batulawang menjadi buah kalengan.
Karena, dengan cara dikemas menjadi buah kalengan, tentu rambutan Si Batulawang tidak hanya dijual saat musim panen saja, sehingga harga jual akan tinggi. Sebab, hasil produk rambutan akan mampu memenuhi kebutuhan produksi setiap tahun. Tidak hanya rambutan saja, tapi juga buah mangga dan pepaya California.
Pasalnya, pada waktu musim rambutan harga jual Si Batulawang anjlok drastis. Bahkan menurut petani, melimpahnya hasil panen membuat buah rambutan yang menjadi unggulan Kota Banjar berubah menjadi sampah.
Menanggapi adanya keinginan dari para petani tersebut, Kabid. Perindustrian Diperindagkop Kota Banjar, Endang Setiawan, Senin (1/10), mengatakan, bahwa sekarang ini pihaknya tidak memiliki program khusus untuk kegiatan pelatihan pengolahan buah rambutan maupun pepaya.
Lantaran, untuk membuat sebuah program ada mekanismenya. Selain itu, bicara program juga sifatnya harus bottom-up, yaitu dari bawah ke atas, tidak top-down atau dari atas ke bawah.
²Kami sebetulnya hanya memfasilitasi, misalnya ada investor yang masuk ke Banjar. Sedangkan, untuk membuat program pelatihan pengolahan rambutan Si Batulawang menjadi buah kalengan kedepannya mungkin bisa, tapi sekarang belum. Lantaran jenis rambutan ini masih laku di pasaran. Kita juga harus tahu berapa luas lahan yang digunakan, apakah kalau dibikin kalengan akan bisa mencukupi untuk produksi atau tidak,² ujarnya.
Karena, lanjutnya, untuk sampai ke arah itu memang perlu perencanaan kluster khusus, dan harus dipelajari secara keseluruhan. Jadi butuh kajian-kajian lebih, misalkan dari segi ekonomi, apakah lebih menguntungkan nantinya atau tidak.
Selain itu, masyarakat usaha tani sendiri harus menunjukkan dulu kesungguhannya dalam menjalankan usaha tersebut. Sebab, banyak yang telah diberikan latihan berikut bantuan peralatan, tetapi ternyata usahanya tidak jalan.
Dikatakan Endang, masalah penanganan pasca panen rambutan hingga masalah pengolahan, mungkin Dinas Pertanian (Distan) yang lebih tahu, sebab penanaman benih rambutan ini adalah program Distan Kota Banjar.
²Namun demikian, keinginan dari masyarakat itu menjadi suatu masukan bagi kami, dan tentu segmen pasarnya harus dipelajari. Kedepan mungkin harus ada industri agro yang lebih besar. Kalau sekarang kami hanya membantu usaha-usaha kecil menengah, atau IKM. Kami sarankan agar para petani itu mengusulkan keinginannya dalam pelaksanaan Musrenbangdes tahun 2013,² kata Endang.
Sementara di lain tempat, Kabid. Tanaman Pangan dan Holtikultura Distan Kota Banjar, Agus Kostaman, mengatakan, secara keseluruhan luas lahan yang ditanami pohon rambutan Si Batulawang mencapai 108 hektare.
Meski program penanamannya ada di Distan, namun pihaknya hanya memberikan pelatihan ke budidayanya saja, tidak sampai ke industri.
²Tahun 2010 memang pernah ada petani yang ikut pelatihan pengolahan hasil panen buah-buahan yang diadakan oleh pusat. Setiap kabupaten kota diminta mengirimkan satu orang. Kemudian, untuk peralatannya kita juga pernah memberi bantuan berupa mesin Vaccum Frying, yaitu mesin produksi untuk membuat aneka keripik buah. Tapi karena biaya produksinya terlalu tinggi jadi sekarang tidak jalan,² ujar Agus.
Dia juga mengatakan, kalau sedang musim rambutan tentu harga rambutan Si Batulawang pun jadi ikut murah. Hal itu sudah menjadi hukum pasar, karena bukan pada rambutan saja, tapi semua hasil pertanian akan seperti itu.
Walaupun demikian, kualitas harga untuk rambutan Si Batulawang masih relatif stabil, artinya tidak terlalu anjlok. Dikatakan Agus, pihaknya akan mencari solusi guna penanganan masalah pasca panen raya rambutan, agar perekonomian para petaninya bisa meningkat. (Eva)