Banjar, (harapanrakyat.com),- Hingga menginjak usia 10 tahun Kota Banjar berdiri, masalah penomeran rumah/bangunan belum juga dapat terselesaikan. Sampai saat ini semua rumah yang dibangun sebelum Banjar menjadi daerah otonom masih menggunakan nomer semasa Pemerintahan Kabupaten Ciamis.
Seharusnya, dalam jangka waktu 10 tahun ini sudah tertata, karena hal itu sangat penting sebagai identitas bangunan/rumah, serta identitas sebuah daerah. Dengan demikian, maka pemerintah jangan menganggap sepele terhadap masalah penomeran rumah/bangunan.
Hal tersebut dikatakan Ketua Banjar Inspiratif Mandiri (Bima), Iwan Syarifudin, kepada HR, pekan lalu. Menurut dia, dulu sebetulnya permasalahan tersebut pernah muncul, tapi ternyata tidak ada respon dari pemerintah.
âHubungan antar lembaganya tidak pernah konek, saling lempar tanggung jawab. Harusnya kan kolektif kolegial. Banjar ini sudah terpisah dengan Ciamis, namun selama ini masyarakat juga tidak berani mencabut nomer rumahnya yang masih tercantum Kotif Banjar, Kabupaten Ciamis,â ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, perubahan nama jalan seharusnya diikuti pula oleh perubahan nomer rumah/bangunan, sehingga akan jelas batas-batas jalan berikut nomernya. Sebab, dalam kurun waktu 10 tahun banyak bangunan baru yang berdiri di wilayah Kota Banjar.
Apalagi sekarang pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sudah diserahkan ke pemerintah kota. Dan, nomer bangunan menjadi salah satu data yang dapat terukur berapa jumlah bangunan/rumah di setiap wilayah Kota Banjar. Sehingga memudahkan dalam pendataan PBB.
Selain itu, dengan penomeran sistim ganjil genap akan memudahkan dalam pencarian alamat seseorang. Sebab, kedepan perkembangan bangunan di wilayah Kota Banjar diprediksi akan semakin pesat, baik masyarakat Banjar yang membangun rumah/bangunan tempat usaha, atau masyarakat luar yang membuat rumah/bangunan tempat usaha di Kota Banjar.
âJadi jangan diabaikan masalah penggantian nomer rumah dan bangunan ini. Masa sampai Kota Banjar berusia 10 tahun belum juga diganti. Sebetulnya apa yang menjadi kendalanya hingga masalah tersebut terus berlarut-larut hingga sekarang,â tanya Iwan.
Sementara itu Ade, salah seorang petugas jasa pengantar paket, mengaku, memang dirinya terkadang kesulitan mencari alamat saat akan mengantarkan paket. Sebab, banyak bangunan rumah tanpa nomer.
âMisalnya, nama jalan sudah ketemu, tapi alamat yang ditulis dipaket tidak mencantumkan nomer rumah, paling RT/RW saja. Hal itu cukup menyulitkan buat saya. Kalau di kota lain mudah, walaupun alamat yang dicari lokasinya di dalam gang, tapi nomer rumahnya mudah ditemukan karena sistimnya genap ganjil,â kata Ade, Jumâat (22/2). (Eva)