Catatan Redaksi :
Dalam kesibukan jadwal kerja Drs. Agun Gunanjar Sudarsa Bc.IP, MSi., Koran Mingguan Harapan Rakyat (HR), berhasil mewawancarai anggota legislatif ini yang sangat berjasa dalam mewujudkan Kotif Banjar menjadi daerah otonom (KOTA BANJAR), pada tahun 2002. Kota Banjar diresmikan 21 Februari 2003 oleh Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno.
Agun Gunandjar Sudarsa sosok anggota legislatif yang peka mendengar suara rakyat, seperti tak kenal lelah. Untuk kedua kalinya, anggota DPR-RI Fraksi Partai Golkar dari daerah pemilihan Kabupaten Kuningan, Ciamis dan Kota Banjar, kembali mengukir tinta emas dalam membidani pembentukan daerah otonomi baru Pangandaran yang merupakan daerah pemilihannya. Pada tahun 2003 menjadi aktor penting di Senayan dalam pembentukan kota Banjar berpisah dari induknya Kabupaten Ciamis. Kini Agun menjadi Ketua Komisi II DPR-RI, ikuti hasil wawancara HR dan selamat membaca.
***
Pertanyaan ;
HR : Bagaimana pendapat anda setelah kota Banjar berusia 10 tahun. ?
Agun : Untuk dikembangkan menjadi kota transit, sebagai kota wisata dan perdagangan. Jadi, itu yang harus dikembangkan kedepan. Dua potensi itu yang sebetulnya harus, diprioritaskan program-program perencanaanya, didorong oleh semua masyarakat.
Kita lihat Banjar ini berada pada posisi paling ujung di wilayah perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah. Dan Banjar juga paling ujung gerbang untuk masuk ke wilayah Pangandaran, yang akan mampu menembus jalur selatan.
Kenapa Banjar yang harus dikembangkan? Karena pertimbangangannya, tidak mungkin Ciamis, karena terlalu berdekatan dengan Tasik, sehingga dia akan menjadi lebih peka.
Di atas gunung, dan semua orang akan kesana, melihat keindahan Kota Banjar dari penjara dari atas, apa yang itu dimaksud, kan tidak. Cobalah rancang sedemikian rupa, masuk dari arah Ciamis, ada gerbang selamat datang di Kota Banjar, begitu masuk ke Kota Banjar melompong hanya jalan, terus ke Jawa Tengah.
Ketika belok kanan, ada jembatan, sebelah kanan terminal yang berantakan, lalu ada pom bensin, ada lapangan yang belum tertata dengan baik. Apa itu Kota Banjar? Saya yakin, tidak semua orang mengetahui bahwa pusat Kota Banjar selama itu, ada yang namanya masjid agung, dan apakah itu representatif? Kalau lihat lokasinya seperti itu. ya Banjar cuman segitu aja.
Masuk dari arah selatan, Selamat datang di Kota Banjar, yang ada cuman jalan.. Apa itu?
Jadi dengan kata lain, yang harus dilakukan kedepan itu dari sekarang, harus dirancang ide pikiran-pikiran itu. Bikin perencanaan yang matang untuk itu. Desak Pemerintah Propinsi, desak Pemerintah Pusat, untuk mengambil politik menjadikan Kota Banjar sebagai satelitnya kota perbatasan di Jawa Barat.
Agar Banjar bisa menjadi sentra bisnis, ke Jawa Tengah, menjadi sentra bisnis untuk komoditas barang dan jasa ke wilayah pakidulan, Pangandaran, Pamengpeuk, Tasik dan Garut.
Jadikan juga Kota Banjar sebagai kota wisata. Artinya, infrastruktur sebagai kota wisata harus dirancang balik. Sarana hiburan harus ada, hotel harus ada, permainan harus ada. Toh punya keindahan Sungai Citanduy.
Nah itu, jadi bagaimana, cobalah cari ikonnya sebagai kota perdagangan. Jadi begitu masuk kota Banjar itu terkesan. Ya apa sih sekarang, kan ga ada, ikonnya ga jelas.
Kalau dulu, punten, yang ada dalam benak pikiran saya, namanya Kota Banjar itu seperti kota pahlawan. Karena setelah viaduq, ada patung. Sampai sekarang masih ada. Kan itu, apa itu, kan nggak. Tapi itu kan juga warisan yang harus kita pelihara. Sebagai kota perjuangan.
HR : Pasti anda punya cerita atau kenangan selama memperjuangkan Kotif Banjar menjadi daerah otonomi sendiri terpisah dari Kabupaten Ciamis dan anda adalah anggota DPR-RI dapil IX Kabupaten,Kuningan dan Kabupaten Ciamis dari Golkar.
Agun : Ya yang terkesan itu, buat saya sih, yang nggak bisa saya lupa, injuri time. Jadi status kotip sudah hapus. Kebijakan pemerintah pada waktu itu, yang sudah tidak bisa berubah dari Kotip menjadi kota madya, ya kembali jadi kota kecamatan, karena nggak ada lagi yang namanya kotip-kotipan.
Berkenaan dengan itu, yang lolos terakhir itu Tasik. Tapi pada waktu itu, Banjar belum dimasukan dalam agenda pembahasan. Nah itu yang saya tidak lupa. Ketika saya menerima, bertemu, setiap turun ke bawah, bahwa ada presidium pemekaran, yang bolak-balik, berjuang untuk meminta pemekaran. Saya melihat keinginan itu. Dan saya tangkap isyarat itu.
Namun kecewanya, ketika membahas bersama-sama dengan pemerintah, Banjar nggak masuk. Yang ada Tasik. Nah, saya memberi catatan atas persetujuan Tasik. Catatannya apa, oke Tasik diloloskan, setuju. Dengan catatan, apa bedanya Tasik dengan Banjar. Karena di mata saya justru yang lebih memenuhi syarat itu Kota Banjar. Nah itulah akhirnya Tasik disetujui, dengan catatan Banjar pun disetujui.
Yang paling menarik lagi, ketika dalam rapat pembahasan berikutnya, ternyata saya lihat dalam daftar jadwal agenda, Banjar tidak masuk dalam usulan pemerintah itu, untuk pemekaran berikutnya. Yang masuk hanya 14 daerah Papua, nggak ada Banjar.
Nah disitu, saya infokan ke presidium di Banjar. Saya minta mereka untuk hadir, saya minta mereka untuk mengikuti sidang. Saya berikan kesempatan duduk di balkon, ikut mempresur forum itu supaya Banjar dibahas. Disitu saya interupsi. Beberapa orang yang hadir bisa menjadi saksi, bagaimana saya bicara pada saat itu memperjuangkan Banjar.
Sampai pada saat itu, Dirjen Depnagri mengakui, alasannya kealpaan, lupa tidak termasukan dalam agenda. Nah akhirnya, Banjar bisa masuk pada pembahasan berikutnya. Selamat tah. Baru tepuk tangan gitu yang namanya teman-teman presidium. Iya, gegap gempita. Langsung pembahasan.
Yang paling tidak bisa lupa lagi. 14 rancangan undang-undang tentang Papua dibentuk tim tersendiri, dipimpin pak Chojin Humaedi tapi untuk Banjar ketua tim pembentukannya saya,ucap Agun masa urang Banjar hilap ka Kang Agun.
Banjar, hanya satu-satunya di undang-udang itu, yang begitu disyahkan, langsung diresmikan, langsung pemilihan Wali Kota, langsung dibentuk DPRDnya. Hanya Banjar, yang lain tidak. Makanya yang lain pada mengiri. Kok Banjar bisa yang lain tidak. Karena anggota DPRDnya limpahan dari Ciamis.
HR : Perlukah Kota Banjar punya ‘ciri khas’ atau Ikon ?
Pengertian kota wisata itu maksud saya jangan juga diartikan, diidentikan dengan entertain, musik. Tapi misalnya, wisata alam, wisata outbond, disini kan daerahnya luar biasa, bisa macam-macam, bisa disesuaikan dengan kondisi objektif wilayahnya.
Cobalah kalau mau jujur, kita masuk Kota Banjar, apa sih ikonnya, kan belum ada? Kalau Jawa Barat dengan gedung satenya, kan kelihatan. (SBH)