Edisi pekan ini, HR (Deni, Diki dan Dian), berhasil melakukan wawancara dengan Drs. H. Akasah, M.BA (AA), Bakal Calon Bupati Ciamis periode 2014-2019, di kediamannya. Dalam kesempatan itu, Akasah memaparkan gambaran tentang program dan konsep pembangunan Ciamis yang akan dia tawarkan kepada masyarakat. Berikut petikan wawancara dengan Drs. Akasah, M.BA ;
HR : Niat anda jadi nyalon Bupati?
AA : Awalnya, saya menangkap aspirasi dari basis pendidikan, diantaranya bertanya, kenapa tidak, Nahkoda pemerintahan di Ciamis mendatang dari kalangan pendidikan. Alasannya, karena basis ini dianggap sebagai basis yang cukup berpengaruh dalam pembangunan manusia seutuhnya, termasuk juga berpengaruh terhadap arah pembangunan Kab. Ciamis. Aspirasi tersebut kemudian terus bergulir.
Kemudian, saya juga bertanya kepada elemen dan komunitas lain, ada komunitas seni, umum, olahraga, politik dan sebagainya. Di samping itu pula, ada yang paling menggelitik, âKenapa orang Ciamis tidak berani?â Dan itu menjadi tantangan bagi saya, apalagi setelah sejumlah elemen tersebut memberikan dorongan.
Selanjutnya, dibuatlah satu frame, âpituin urang Ciamisâ. Dasarnya karena saya lahir dan besar di Ciamis. Kemudian, dari bekal pengalaman bekerja di pemerintahan, saya juga ingin mengaplikasikan apa yang saya miliki, tentunya sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan keinginan yang populer di masyarakat, sehingga berani maju dalam Pilkada mendatang.
Dan insyaalloh, kalau saya didorong dan didukung oleh semua pihak, saya siap untuk menjadi pemimpin (bupati) Ciamis mendatang.
HR : Persiapannya?
AA : Saya pasti berbeda dengan yang lain, karena saya bukan dari kelompok agniya (orang kaya), bukan dari kelompok yang memiliki powerful (kekuatan), tapi saya ingin membangkitkan, apakah ada niat yang sama dari semua (masyarakat), untuk memajukan Ciamis.
Melalui kegiatan silaturahmi dan sosialisasi, salah satunya dengan menghadiri undangan acara pengajian, saya mengajak masyarakat untuk sama-sama berpartisipasi dalam pembangunan Ciamis. Dalam acara tersebut, pembicaraan saya tidak terfokus pada kepentingan dan keinginan individu, melainkan menyampaikan sesuatu hal yang berhubungan dengan basic saya sebagai pendidik.
HR : Strategi peroleh dukungan?
AA : Kultur masyarakat Ciamis memang cukup komplek, mulai petani, nelayan, pedagang, pendidik, budayawan, olahraga dan sebagainya. Idealnya memang semuanya bisa tersentuh, tetapi secara kultur, manusia âeweuh nu pasagiâ – tidak ada yang sempurna -.
Meski begitu, saya mulai mencoba berkomunikasi dengan masyarakat melalui apa yang ada dan tersedia dalam diri saya, seperti di komunitas olahraga, saya mencoba berkomunikasi dengan mereka yang ada di bidang ini, juga beladiri, sepakbola, takraw dan lainnya.
Kemudian, dengan apa yang tidak ada dan tidak tersedia dalam diri saya, seperti balapan, paling tidak saya mencoba masuk melalui support âdukunganâ, kepada kegiatan seperti itu, juga dalam bidang sosial kemasyarakatan lainnya.
Termasuk, menjalin silaturahmi dengan sejumlah relasi yang dulu pernah terjalin, selama saya menjabat di bebeberapa dinas dan instansi. Berbeda dengan yang lain, saya yang âpurnabaktiâ seperti harus mengawali kembali, sehingga perlu âguidanceâ dan âchanelingâ.
Sejauh ini, saya juga aktif di beberapa organisasi di Kab. Ciamis. Tapi apapun, (fasilitas organisasi, komunitas dan jaringan), saya tidak sedang ingin memanfaatkan itu untuk kepentingan pribadi, melainkan ingin mencurahkan tenaga dan pikiran saya untuk melAAanakan kewajiban-kewajiban sosial, seperti yang diisyaratkan dalam aturan organisasi tersebut.
HR : Soal âperahuâ?
AA : Kalau ini, sebenarnya kan kewenangan partai. Namun yang pasti, saya sedang menjalin komunikasi dengan beberapa partai. Soal partai mana yang akan dijadikan perahu, saya tentunya masih harus mengkajinya.
HR : Paket pasangan?
AA : Insyaalloh saya tidak akan arogan. Karena memang, keberhasilan satu paket pemenangan itu harus dibicarakan secara utuh dalam satu koalisi. Karena pada posisi itu, saya sudah mewakili partai pendukung. Jadi, soal koalisi dan pasangan harus dibicarakan terlebih dahulu dengan partai pengusung.
HR : Konsep pembangunan dan kesejahteraan?
AA : Untuk Ciamis kedepan, saya punya konsepsi âCiamis Bangkit dan Berprestasi di tahun 2019â. Kata bangkit sendiri berarti suatu kondisi perubahan yang ingin dicapai pemerintah dan masyarakat Ciamis ke arah yang lebih baik.
Memang, perlu ada upaya bagaimana merubah Ciamis, apalagi sekarang dikaitkan dengan perubahan Ciamis georgrafis, mekarnya Kab. Pangandaran. Soalnya, banyak orang mempertimbangkan, setelah ditinggalkan Pangandaran, apakah Ciamis mampu mencari sumber PAD baru? Pertanyaan selanjutnya, setelah ditinggalkan kawasan wisata, apakah Ciamis bisa menggali wisata yang lain?
Nah darisana, munculah kata bangkit. Baik bangkit dalam segi peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang ditinjau dari segi ekonomi, politik, sosial, budaya dan aspek penyelenggaraan pemerintahan.
Lalu kata berprestasi, suatu kondisi yang ingin dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Ciamis, dan bisa berkompetisi dengan strata kabupaten yang sama, minimal di wilayah Regional Propinsi Jawa Barat, Nusantara dan Mancanegara.
Bukan hanya bupati saja, melainkan semua pihak harus mau secara bersama-sama berpikir, bagaimana membangun Ciamis ke arah yang lebih baik, dan mensejahterakan masyarakatnya.
Kemudian, konsepsi yang lainnya, adalah bagaimana membuat pelayanan pemerintah kepada masyarakat menjadi lebih mudah dan cepat, seperti bidang perijinan, bidang kesehatan, pendidikan dan lainnya. Jadi intinya adalah soal layanan. Bagaimana kita memberikan layanan optimal kepada masyarakat.
Dari visi yang tadi, ada beberapa misi yang akan saya usahakan, pertama yaitu peningkatan SDM. Meski terkesan normatif, tapi apapun programnya, siapun bupatinya, tentu harus didukung dan dibantu dengan SDM yang baik.
Kedua, peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis produk unggulan lokal. Ketiga, meningkatkan penyediaan infrastruktur. Keempat, meningkatkan kualitas akuntabilitas sistem penyelenggaraan pemerintah. Terakhir, meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dengan berwawasan lingkungan.
HR : Potensi PAD?
AA : Sebetulnya ya, saya ingin juga menciptakan, kenapa Singapur dan Malaysia maju, padahal PAD-nya itu pajak. Tapi di urang, kabeh haroream pajak. Sebab apa, belum ada penjelasan yang spesifik tentang pendapatan dan item pemanfaatan dari pembayaran pajak.
Jadi, perlu ada corong yang menjelaskan dan menerangkan soal pemanfaatan dari perolehan pajak tersebut. Jika masyarakat sudah sadar dan paham tentang kewajiban dan pemanfaatan dari pajak tersebut, saya yakin mereka tidak akan sulit membayarnya.
Bagi saya, potensi pendapatan dari pajak ini sangat besar jika dikelola dengan baik. Itu tadi, masyarakat perlu diberi pengertian dan pemahaman tentang pajak itu, mulai dari perolahen hingga pemanfaatannya. Istilahnya mungkin, mereka ingin tahu, apa sih untungnya pajak bagi masyarakat.
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan, ada potensi-potensi PAD dari sektor-sektor lain, seperti sektor pariwisata. Sebenarnya, dulu sudah ada konsepsi bagaimana mengembangkan potensi wisata di Ciamis utara, yang salah satunya untuk mengantisipasi pemekaran Pangandaran.
HR : Persoalan krusialnya?
AA : Yang krusial itu menekan angka keluarga miskin (gakin) dan menciptakan peluang kerja. Saya kira itu dua hal yang sangat berat bagi pemerintah. Jadi, harus ada kemauan dari kita untuk memperbaiki itu, termasuk mendorong bagaimana agar masyarakat mau jujur. Soalnya, banyak diantara masyarakat yang sebenarnya mampu, tapi mengaku tidak mampu. Di sisi lain, menyebabkan perkembangan angka (data) gakin di BPS.
Untuk mengatasi itu, atau untuk mencari data yang akurat, katanya, untuk menghitung tehel (semacam keramik), biar nggak keliru, harus diberi tanda dengan spidol. Jadi yang dihitung, yakni yang belum diberi tanda spidol. Tapi kan, faktanya, kondisinya nggak mau, alasannya untuk menjaga norma dan etika adat ketimuran.
Tapi tetap, kita harus memiliki kemauan untuk memperbaiki kondisi itu, dengan bukan hanya tinggal â`amâ saja, tapi mendorong moralnya. Cik atuw nu kira-kira boga-boga teuing mah, ulah api-api teu boga.
Kalau misalnya, pimpinan dituntut angka / data faktual dan realiti itu harus didukung, kita pimpinan yang ada di tingkat bawah, dengan memberikan data atau angka-angka yang faktual dan riil.
Selanjutnya, soal peluang kerja, kita ini bukan kabupaten industri. Tapi kita bisa memanfaatkan dengan menjalin hubungan kerja dengan kabupaten lain atau bahkan jalina kerja dengan luar negeri, salah satunya dengan mensuplai kebutuhan tenaga kerja.
Tetapi, komitmen kita dengan kabupaten/ kota atau luar negeri itu harus dibangun dengan baik, agar tenaga kerja dari Ciamis tidak disepelekan. Yang pasti ini menjadi kewajiban semua pihak, untuk sama-sama bekerja, menyelesaikan semua persoalan tersebut. ***