Banjar, (harapanrakyat.com).-Meski sudah terpampang larangan membuang sampah ke sungai, namun masih saja terlihat ada sejumlah pedagang di kawasan kuliner Doboku yang memilih membuang sampah ke Sungai Citanduy.
Seperti diungkapkan Iis (45), warga Kelurahan Pataruman. Kepada HR, dia mengaku sering melihat ada beberapa pedagang membuang sampah ke sungai. Namun, sampah yang mereka buang berupa dedaunan kering dan sampah plastik bekas makanan para pengunjung.
Bukannya dikumpulkan sampah yang sudah disapu itu, melainkan dibuang langsung ke sungai. Apakah di kawasan Doboku tidak ada tempat sampah, atau sudah menjadi kebiasaan pedagang buang sampah ke sungai. Kalau memang tidak ada, seharusnya pemerintah memfasilitasi tempat sampah, serta memperketat aturan agar pedagang maupun pengunjung tidak sembarangan buang sampah,” tuturnya, Minggu (5/5).
Menurut Iis, para pelaku harus diberikan sanksi berat supaya tidak mengulangi perbuatannya, bukan dalam bentuk wacana, akan tetapi tindakan. Selain itu, diperlukan pula kesadaran dan kepedulian pedagang dalam menjaga kebersihan.
Sementara Yanto (32), seorang pedagang mainan, mengaku bahwa dirinya sering membuang sampah ke Sungai Citanduy. Sebelum menjajakan dagangannya, biasanya dia harus membersihkan lapak tempat dagangannya yang penuh dengan dedaunan.
Buang sampah ke sungai kalau arusnya sedang deras, jadi bisa hanyut terbawa air, misalnya musim hujan. Kalau sedang surut mah tidak pernah, karena khawatir mampet nantinya, jadi mending dibakar saja. Pengunjung juga suka seenaknya buang sampah sembarangan. Kalau pemerintah menyiapkeun tempat sampah yang banyak atau besar, mungkin tidak akan membuang ke sungai,” ujar Yanto.
Sedangkan menurut Wawan (48), warga Banjarkolot yang sering bersepeda ke kawasan Doboku, mengatakan, dalih apa pun yang dikatakan para pedagang tidak bisa dibenarkan bila sungai menjadi tempat praktis untuk membuang sampah.
Menanggapi permasalahan tersebut, di tempat terpisah, Kabid. Kebersihan dan Pertamanan Dinas Cipta Karya, Kebersihan, tata Ruang dan Lingkungan Hidup (DCKTLH) Kota Banjar, Asno Sutarno, SP, MP., kepada HR, Senin (6/5), mengatakan, mestinya para pedagang sudah bisa mandiri mengelola sampah sendiri.
“Di kawasan kuliner Doboku ada pengelolanya, dan untuk penarikan sampah ada retribusi. Dari hasil retribusi itu coba disisihkan buat membeli gebog sampah yang dari bambu, atau masing-masing pedagang menyediakan tempat sampah. Jadi kebangetan kalau tempat sampah saja mesti disediakan oleh kami,” katanya.
Setiap pedagang harus menyadari, serta menjaga akan pentingnya kebersihan di lokasi tersebut. Sebab, pengunjung akan tertarik untuk datang dan makan di kawasan kuliner Doboku bila tempatnya bersih.
Asno juga menegaskan, bahwa menjaga kebersihan lingkungan bukan hanya tanggung jawab pihaknya saja, tetapi semua lapisan masyarakat, termasuk kebersihan di kawasan Doboku. (Hnd/Eva)