Oleh : Nanang Supendi
Alhamdulillah Ramadhan 1434 Hijriah telah tiba, dan baru kita lalui beberapa hari. Setelah 11 bulan memendam kerinduan, umat islam akhirnya bergembira dapat kembali bersua dengan bulan suci, bulan penuh barokah, sekaligus bulan yang penuh maghfiroh.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, perbedaan awal Ramadhan kembali terjadi. Sebagian umat islam sudah memulai shalat Tarawih sejak sebelum pengumuman secara resmi oleh Pemerintah, dimana awal 1 Ramadhan 1434 H jatuh hari Rabu tanggal 10 Juli 2013. Semoga saja, umat Islam Indonesia dapat melaksanakan ibadah puasa dengan kebersamaan dan saling toleransi, walaupun ada perbedaan penetapan awal Ramadhan dari sebagian ormas islam.
Namun bagi penulis, dengan adanya perbedaan penentuan awal Ramadhan tidak jadi masalah, masing-masing mereka dalam berijtihad punya dalil dan perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan. Yang penting kewajiban kita selaku muslim adalah meyakini sesuai dengan hati nurani serta dapat menjalankan ibadah ramadhan dengan maksimal dan lebih baik dari tahun lalu. Dari pada ribut berdebat soal awal ramadhan, tapi malah melupakan esensi Ramadhan.
Kendati demikian, tak ada salahnya kita berharap, kedepan, semua organisasi islam dan pemerintah dapat bermusyawarah dengan lebih terbuka dan bijaksana agar dapat memufakati 1 Ramadhan tanpa perbedaan.
Ramadhan tahun ini, didahului dengan kenaikan harga BBM. Sudah menjadi rahasia umum, dimasyarakat justru pengeluaran kebutuhan makan dibulan ramadhan bertambah dua kali lipat. Terlebih biasanya dibulan tersebut harga-harga dipasaran ikut naik. Artinya tidak ada kenaikan BBM saja harga-harga dibulan ramadhan sudah naik, apalagi ditambah dengan kenaikan BBM. Ya pastinya jadi naik dua kali.
Tengok saja salah satunya harga daging sapi begitu melambung hingga menembus kisaran Rp. 100 Ribu per kilogram, bagaimana nanti menjelang hari raya Idul Fitri. Ini menandakan pemerintah kurang mampu mengontrol stabilitas harga. Tidak hanya sekedar bilang harga dan stok barang kebutuhan pokok aman di pasaran. Seharusnya sebelum mengambil keputusan mengurangi subsidi BBM semua komponen pemerintah terkait terutama bidang perekonomian, stabilitas ekonomi betul-betul di pantau dan dijaga.
Namun, apakah dengan kenaikan BBM dengan diikuti kenaikan harga kebutuhan pokok ini juga akan mempengaruhi kebiasaan masyarakat kita dalam hal hidangan makan untuk berbuka dan sahur? Pusing…! ya dipikirin emang pusing, Ahh…lupakan sejenak soal kenaikan harga BBM, lebih enak kita bahas Ramadhan yang sedang menyapa kita sebagai umat islam.
Mari bagaimana kita melaksanakan ibadah puasa ini lebih bermakna. Ramadhan yaitu BBM (Bulan Barokah dan Maghfiroh). Ramadhan disebut bulan penyucian diri, karena dibulan ini Allah mencurahkan barokah dan maghfiroh-Nya kepada setiap hamba yang menunaikan ibadah puasa dengan keimanan dan mengharap pahala dari-Nya.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadist: Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa puasa ramadhan karena iman dan mengharap pahalan diampuni baginya dosa-dosa masa lalu.” (HR.Bukhari dan Muslim). Sungguh maghfiroh itu luas dan sangat dekat asalkan kita mendekatkan diri kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sesungguhnya. Bulan yang indah ini harus bisa menjadi kesempatan bagi muslim untuk berlomba-lomba membantu sesama. Disaat Bantuan Langsung Sementara (BLSM) digulirkan kepada masyarakat miskin dinilai banyak pihak belum optimal, belum lagi pembagiannya tidak tepat sasarannya hingga diberbagai daerah adanya penolakan BLSM, umat islam yang lebih mampu berkesempatan turun langsung mensejahterakan kaum dhuafa.
Begitupun dengan pemerintah sebagai penyelenggara negara sampai daerah agar lebih peduli kepada rakyat. Kita semua berdoa semoga agar pemimpin mau mendengarkan keluh kesah rakyat sehingga dapat mengeluarkan kebijakan berpihak kepada rakyat dan mewujudkan berbagai program untuk memberdayakan masyarakat. ***