Padaherang. (harapanrakyat.com).- Karena belum dibangun jembatan untuk akses transportasi yang menghubungkan daerah perbatasan provinsi antara Desa Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran dengan daerah Tambaksari Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, yang saat ini masih dipisahkan oleh Sungai Citanduy, warga di daerah itu terpaksa menggunakan alat penyebrangan perahu rakit untuk melintasi sungai tersebut.
Saat ini, ketika musim mudik lebaran, perlintasan sungai dengan menggunakan perahu rakit ini dipadati pemudik. Maklum, banyak warga di Kecamatan Padaherang yang berasal dari Kecamatan Cilacap Jawa Tengah. Sebaliknya, tak sedikit pula warga Padaherang dan sekitarnya yang berpindah kependudukan ke Kabupaten Cilacap.
Akses transportasi yang menggunakan perahu rakit mesin ini memang menjadi pilihan pemudik. Karena melalui perlintasan sungai ini, membuat jarak tempuh pemudik menjadi dekat. Apabila harus menggunakan jalan yang terdapat jembatan, warga harus memutar terlebih dahulu ke arah Kalipucang atau ke arah Purwodadi atau Lakbok Kabupaten Ciamis dengan melintasi perbatasan bendungan Manganti yang jaraknya cukup jauh.
Marojo, salah satu pemilik perahu rakit yang juga warga Dusun Tarisi Desa Maruyungsari Kecamatan Padaherang, mengatakan, dia sudah hampir 30 tahun menekuni usaha penyebrangan rakit. Dengan usaha ini, dia mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Marjono setiap jam 5 pagi sudah stand by di bantaran Sungai Citanduy. Bahkan, tak sedikit penumpang yang menunggu sebelum dia datang ke lokasi penyebrangan. Di musim Lebaran ini, dia merasa bersyukur karena jumlah penumpang rakitnya mengalami peningkatan selama bulan puasa dan jelang Lebaran ini. Peningkatannya mencapai 60 persen dari hari-hari biasa.
“Untuk tarif ongkos menyebrang hanya dikenakan ongkos Rp.1000 untuk satu orang dan satu kali menyebrang. Dan untuk jenis motor di tarif Rp. 2000 untuk satu kali menyebrang,” ujarnya, kepada HR, di lokasi perlintasan rakit, Senin (5/8).
Meskipun ada kenaikan harga BBM, namun Marjono tidak menaikkan tarif rakitnya. Menurutnya, lebih baik dia menurunkan keuntungan dari usaha rakitnya, karena dia memaklumi kondisi ekonomi masyarakat yang tengah kesulitan pasca kenaikan harga BBM.
“Kasihan juga kalau tarifnya dinaikkan. Selain mencari hidup dari usaha rakit ini, saya juga ingin membantu warga agar bisa menyebrangi sungai ini, “ pungkasnya. (Ntang/R2/HR-Online)