Seorang pengrajin tahu di Dusun Parung, Desa Balokang, Kec/Kota Banjar, tengah melakukan proses pembuatan tahu. Meski harga kedelai naik, produksi tahu di daerah itu tetap berjalan. Foto: Eva Lativah/HR
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Sejumlah pengrajin tahu dan tempe di Kota Banjar mengeluh lantaran harga kacang kedelai melonjak drastis. Kenaikan harga kedelai yang selama ini menjadi bahan utama pembuatan tahu dan tempe membuat pengrajin menjerit.
Harga kedelai yang biasanya Rp 7.700 per kilogram, sejak sepekan terakhir ini naik menjadi Rp 9.100 per kilogram. Jika kenaikan itu terus berlanjut, diperkirakan banyak pengrajin yang gulung tikar, terutama pengusaha kecil.
Kenaikan harga kedelai di pasaran dipicu akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar yang terjadi dalam satu minggu ini. Para pengrajin tahu dan tempe berharap pihak pemerintah bisa memberikan subsidi atas kenaikkan harga kedelai yang terus melambung tinggi.
Ecah (50), salah satu pengrajin di sentra industri tempe, Ling. Parunglesang, Kel/Kec. Banjar, Kota Banjar, mengatakan, kenaikan harga kedelai ini cukup menyulitkan pengrajin.
Pasalnya, jika harga tempe nanti dinaikkan tentu pembeli tidak mau lagi membeli tempe. Namun jika tidak dinaikkan, keuntungannya tidak bisa menutup biaya operasional yang berarti kerugian di depan mata.
“Sementara ini kami tidak menaikkan harga tempe. Tetapi kami menyiasati dengan mengecilkan ukuran dari biasanya. Tapi kalau begini terus pembeli akan protes dan tentunya lama-kelamaan tidak mau lagi membeli tempe. Jika ini dibiarkan, kami akan rugi,” katanya, Senin (26/8).
Ecah juga mengaku, meski sampai saat ini tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran, namun dia berharap pemerintah dapat membantu memberikan jalan keluarnya guna menekan kenaikan harga agar tidak melonjak tinggi.
Keluhan dan harapan serupa diungkapkan Anah (56), pengrajin di sentra industri tahu Dusun Parung, Desa Balokang, Kec/Kota Banjar. Menurutnya, kenaikkan harga kacang kedelai dari sekitar Rp.7.700 per kilogram menjadi Rp.9.100 per kilogram membuat para pengrajin merasa sangat kesulitan.
Pasalnya, kenaikkan harga komoditas tersebut mengakibatkan keuntungan yang didapat para pengrajin sangat tipis sekali. Sedangkan, jika harus menaikkan harga jual tahu ke konsumen, Anah mengatakan bahwa hal itu bukan suatu solusi yang tepat bagi pengrajin.
Kondisi ini sangat dilematis bagi para pengrajin. Sebab, jika harga jualnya dinaikkan, atau mengurangi kuantitas, maka resikonya bagi pengrajin akan kehilangan pelanggan.
“Tapi saya juga mengurangi sedikit ukuran tahunya. Jadi sekarang pengrajin tetap memproduksi tahu meski keuntungannya sangat tipis. Sebaiknya pemerintah segera mencarikan solusi supaya pengrajin tahu maupun tempe tidak lagi mengalami kesulitan seperti yang dialami sekarang ini,” harap Anah. (Eva/Koran-HR)