Foto Ilustrasi
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Pedagang daging Pasar Banjar menolak daging sapi impor. Menurut mereka, daging sapi impor tidak layak dijual di pasar tradisional, meski harganya jauh lebih murah ketimbang daging sapi lokal, serta memberi keuntungan lebih besar bagi para pedagang.
Sebab, daging sapi impor dikirim dalam kemasan plastik yang sudah dibekukan dengan es. Sehingga, kalau dijual di lapak pasar tradisional, daging itu akan lembek dan penuh dengan air dari es yang mencair.
Lamanya waktu pengiriman akibat jarak yang begitu jauh juga akan berpengaruh terhadap kualitas dan rasa daging sapi impor. Menurut para pedagang, daging impor lebih pas dijual di super market karena di tempat itu terdapat pendingin daging, atau langsung dijual ke rumah makan.
“Daging sapi impor tidak akan laku bila dijual di pasar tradisional. Selain itu, saya sendiri sebagai pedagang menolak dengan rencana pemerintah pusat yang akan mengimpor daging sapi dari luar,” Asep Nugraha, salah seorang pedagang, ketika ditemui di kiosnya, Senin (29/7).
Selain ibu-ibu rumah tangga yang membeli untuk konsumsi keluarga, menurut para pedang, pembeli daging itu adalah para pedagang bakso, dan pemilik warung makan. Untuk daging kelas satu harganya berkisar Rp.95.000 per kilogram.
“Kalau sedang ramai, kita bisa habis 1,5 kuintal tiap hari, tapi kalau lagi sepi paling hanya 70 hingga 80 kilogram per hari. Daging sapi lokal akan terjaga kesegarannya, sebab pemotongan dilakukan pada pagi dini hari,” ujar Asep.
Hal senada dikatakan Hj. Iin, pedagang daging sapi lainnya di Pasar Banjar. Menurut dia, penjualan daging sapi tidak semata mata memburu keuntungan, tapi lebih menjaga hubungan relasi dengan para pembeli/pelanggannya.
“Makanya para pedagang di pasar tidak mau menjual daging sapi impor. Dari pada jual daging sapi impor yang murah tapi tidak ada pembelinya, lebih baik menjual daging sapi lokal,” ujar Iin.
Menurut para pedagang, pada intinya ada empat alasan kenapa mereka menolak menjual daging sapi impor. Pertama, daging sapi impor kalau dipegang lengket dan tidak segar. Kemudian, daging sapi impor biasanya membeku, dan setelah mencair daging menjadi lunak, kurang kenyal.
Berat daging juga akan berkurang bila es sudah mencair, sehingga pada saat membeku beratnya satu kilogram, maka setelah es nya mencair, berat daging bisa sampai tinggal 8 ons saja. Sehingga, saat konsumen membeli daging sapi impor yang biasanya masih membeku, tapi setelah sampai di rumah dan akan dimasak, beratnya berkurang sekitar 20 persen.
Selanjutnya, pedagang bakso tidak suka daging impor, daging tersebut tidak dapat diproses untuk dijadikan bakso. “Konsumen kita banyak pedagang bakso. Kalau kita menjual daging sapi impor, tentu pedagang bakso tidak mau beli. Sebab, kalau pakai daging sapi impor selalu gagal, meskipun sudah melalui proses yang sama,” ungkap Iin.
Dengan demikian, meskipun ada daging sapi impor masuk, harga daging sapi lokal masih stabil, bahkan cenderung naik bila dibandingkan seminggu yang lalu. Harga standar daging sapi biasanya sekitar Rp.75.000 per kilogram. Sedangkan sekarang harga daging sapi mencapai Rp.95.000 per kilogramnya.
Bahkan, menjelang Lebaran nanti, dipastikan harga daging sapi lokal yang dijual di Pasar Banjar bisa mencapai angka Rp.100.000 lebih per kilogramnya. (PRA/Koran-HR)