Debit air di bendungan doboku Kota Banjar tampak kian menyusut seiring musim kemarau yang masih melanda wilayah Kota Banjar dan sekitarnya. Foto: Adi Karyanto/HR
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Menyusul musim kemarau yang masih melanda wilayah Kota Banjar dan sekitarnya, membuat debit air Sungai Citanduy kian menyusut. Hal itu terlihat dari alat pengukur pengukur muka air di jembatan doboku yang tampak tinggal kurang dari sepuluh meter kubik per detik.
Kondisi tersebut tampaknya akan mengancam 42.000 hektar areal persawahan yang tersebar di wilayah Kota Banjar, Lakbok, Padaherang, Kalipucang, dan sebagian Kabupaten Cilacap yang bergantung kepada pasokan air dari Sungai Citanduy.
Dari pantauan HR di bendungan dobuku, Kamis (17/10), sebagian dasar sungai mulai tampak kering. Aliran air hanya terdapat di bagian tengah badan sungai, itu pun sangat dangkal. Kondisi ini akan semakin parah apabila dalam bulan Oktober ini tidak turun hujan.
Bagian Hidrologi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy, Eko, mengatakan, kian menyusutnya air Sungai Citanduy terlihat dari alat pengukur muka air yang dipasang di bawah jembatan doboku. Tanpa melihat alat pengukur pun sebenarnya bisa dianalisa bahwa terjadi penurunan debit air. Hal itu tampak dari semakin terlihatnya pondasi jembatan doboku.
“Kalau melihat dari alat pengukur, debit air Sungai Citanduy saat ini sudah minus 60 centimeter. Tentunya hal ini sudah dalam kondisi kritis dan akan mengancam areal persawahan yang bergantung terhadap pasokan air Sungai Citanduy,” ungkapnya, Kamis (17/10).
Menurut Eko, kian menyusutnya debit air Sungai Citanduy seiring terjadi hal yang sama di empat anak sungai yang memberikan pasokan air terbesar ke Sungai Citanduy. Empat anak sungai tersebut, yakni Sungai Cimuntur, Cileuer, Cilisung dan Cirenday.
Eko juga mengungkapkan, Sungai Citanduy mampu memasok kebutuhan air untuk 42.000 hektar areal persawahan yang tersebar di wilayah Kota Banjar, Lakbok, Padaherang, Kalipucang dan sebagian wilayah Kabupaten Cilacap. (Adi/R2/HR-Online)