Skuad Tim Persiban Banjar di era tahun 1980. Foto: Dokumentasi Persiban untuk HR
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Catatan Redaksi :
Sepakbola bagian dari olah raga bergengsi di dunia, dan banyak penggemarnya dari kalangan tua, muda, laki-laki, wanita maupun anak-anak. Tidak ketinggalan pula pehobi bola di kota Banjar seabreg jumlahnya. Tapi persepakbolaan di Banjar tak lagi semoncer pada tahun 1960-1990 an, seperti mati suri di setelah menjadi Kota Banjar dengan perubahan status pemerintah kota (Otonom).
Tempo doeloe, Persiban bisa mencetak pemainnya menjadi tulang punggung persepakbolaan Indonesia, seperti Herry Kiswanto, Widodo C Putro dan banyak lagi tersebar di klub-klub Galatama. Setelah perubahan status menjadi kota, geliat persepakbolaan tak banyak bicara di setiap even persepakbolaan di negeri ini.
Persiban dimasa kejayaannya, oleh pendukungnya disebut “Pasukan Onom” disegeni oleh kesebelasan di kota-kota lain. Di Priangan Timur, Persiban merupakan klub jawara.
HR (Harapan Rakyat), Koran na urang Banjar, perlu kiranya memberikan dorongan agar persepakbolaan di Kota Banjar bangkit kembali meraih kejayaannya.
Sebentar lagi di penghujung tahun 2013, Kota Banjar akan memiliki sport center dengan stadion bola yang megah di Langensari. Kita berharap 2014 merupakan geliat cabang-cabang olah raga bangkit dan berprestasi di Jawa Barat khususnya, umum di Indonesia. Bisakah ? pasti dan harus bisa. Asal masyarakat dan pemerintah Kota Banjar kompak, untuk memajukan dunia olah raga.
Dunia sepakbola di tanah air saat ini sedang menggeliat. Gara-gara kondisi ini, dimana-mana orang merasakan demam bola. Tidak terkecuali di Kota Banjar. Sejumlah praktisi Sepakbola di Kota yang baru berdiri hampir satu dasawarsa ini juga sedang mengupayakan untuk menggairahkan kembali persepakbolaan yang dulu pernah berjaya di era 1960-1990.
Bagi sebagian warga Banjar, flashback ke era tahun 1960 sampai era tahun 1990-an atau di era laga sepakbola Soeharto cup, pasti akan mengingat Persatuan Sepakbola Indonesia-Banjar atau lebih akrab dikenal dengan Persiban.
Kala itu, Persiban merupakan klub bola yang dianggap paling memiliki jam terbang terbanyak diantara klub serupa yang lainnya. Bahkan, Persiban juga dielu-elukan oleh sebagian besar warga Banjar dan sekitarnya.
Tidak jarang, karena dikenal memiliki pemain bagus, sejumlah pentolan Persiban sering disewa oleh klub dari daerah lain untuk ikut bertanding dalam beberapa kompetisi. Alhasil, Persiban pun dikenal hampir di seantero negeri.
“Persiban juga pernah bertanding melawan Singapura,” ungkap H. Ade Rosnendar, pentolan Persiban era 1975-1989, ketika di temui HR, di kediamannya, di perumahan BRI, Senin (30/9).
Dalam kesempatan itu, H. Ade, mengisahkan, dia sendiri saat di Persiban menjadi seorang Captain team. Posisi di lapangan, dia berada di bagian belakang atau bertugas untuk stopball (menghentikan bola).
Menurut Ade, pemain Persiban merupakan pemain-pemain pilihan dari sejumlah klub bola yang saat itu ada di Banjar, seperti Klub Rajawali, Victory, SIAP, Batulawang, Tornado, BBC, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Bagi para pemain, bisa masuk di Persiban adalah sebuah kebanggaan yang paling berharga. Alasannya karena Persiban pada saat itu begitu dikenal oleh masyarakat. Selain itu, Persiban juga begitu disegani oleh klub-klub lain.
“Semua orang tahu, di lapangan Persiban bermain sangat bagus,” katanya.
Kebanggan lainnya, kata Ade, pemain Persiban bisa ditempatkan bekerja di sejumlah instansi milik pemerintah. Jadi, soal finansial (keuangan) pemain Persiban tidak kerepotan. Di lapangan, pemain hanya befikir bagaimana bermain dengan baik dan menorehkan prestasi.
Saat ditanya siapa yang paling berpengaruh di kejayaan Persiban, Ade menyebutkan, selain pemain, ada Pelatih Komar dan Endang Hamara. Dua orang itu merupakan orang yang paling inten di lapangan, memberikan support, arahan dan strategi.
“Di samping itu, Persiban juga mendapat dukungan dari Keluarga Besar Hamara. Karena kala itu, basecamp kita kan di rumah Aa (panggilan Bapak Hamara). Kalau ada sesuatu hal, atau kita lagi mentok, Aa biasanya turun tangan,” ujarnya.
Senada dengan itu, Iwa Somantri, Pentolan Persiban tahun 1963-1980an. Menurut dia, pemain Persiban dikenal memiliki tingkat disiplin yang sangat tinggi. Hal itulah yang membuat Persiban semakin dikenal dan disegani.
Sayangnya, kata Iwa, Persiban saat itu harus berganti nama dengan Persikoban. Alasannya, saat itu nama Persiban sudah dipakai oleh Banjarsamasin. Disamping itu, Persiban mulai meredup ketika Soeharto Cup mulai digantikan oleh Galatama.
“Dari saat itulah, Persiban jadi jarang mengikuti kompetisi,” ungkapnya.
Meski begitu, Iwa dan Ade berharap, geliat sepakbola Kota Banjar saat ini, yang dinahkodai H. Nono, bisa membawa harum nama Kota Banjar di dunia sepakbola. Apalagi, saat ini Persikoban sedang mengikuti laga Divisi II Liga Indonesia di Cirebon.
“Mudah-mudahan Persikoban bisa kembali berjaya seperti masa Persiban di Era 1960-1990 an,” harapnya.
Dari Informasi yang berhasil dihimpun HR, hasil klasemen sementara Group E Liga Indoneisa Divisi II di Cirebon, “No Tim Main (M-S-K) Gol Nilai (agregat), PSJG Cirebon 2 (2-0-0) (4-0) 6 (+4), Perssi Sukabumi 2 (1-1-0) (1-0) 4 (+1), Persiga Garut 1 (1-0-0) (2-1) 3 (+1), Persikoban Banjar 2 (0-1-1) (0-2) 1 (-2), Uni Bandung 1 (0-0-1) (1-2) 0 (-1), Persikotas Tasikmalaya 1 (0-0-1) (0-1) 0 (-1), Persipo Purwakarta 1 (0-0-1 (0-2) 0 (-2). (Deni Supendi/Koran-HR)