Irin, pengrajin gula asal Desa Waringinsari, sedang mengolah nira kelapa untuk dijadikan gula merah. Photo: Deni Supendi/HR
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Pengrajin gula merah berbahan nira kelapa di wilayah Desa Waringinsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat mengeluh, lantaran harga gula sulit berpihak kepada pengrajin, dengan kata lain pengrajin tidak pernah bisa menentukan harga gula di pasaran.
Irin, Pengrajin gula asal Waringinsari, kepada HR, belum lama ini mengungkapkan, selama ini harga gula di tingkat petani atau pengrajin masih bergantung dengan harga yang ditentukan oleh para bandar.
Diakui Irin, bagi kalangan pengrajin gula, kondisi itu sebenarnya sangat merugikan. Tapi, mayoritas pengrajin gula tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya, mereka pasrah menjual gula dengan harga miring, asalkan bisa mendapat tambahan pinjaman.
“Uang panjar yang diberikan oleh bandar, saya akui sudah menjerat pengrajin gula. Tapi apa boleh buat, dan kami tetap membayar uang itu dengan menyetorkan gula kepada bandar. Bila dihitung-hitung, sebenarnya bandar mendapat untung besar dengan metode seperti ini,” ungkapnya.
Menurut Irin, harga gula merah saat ini berkisar antara Rp. 7000 sampai Rp 7500 perkilogram. Harga tersebut di tingkatan petani, atau harga yang ditentukan oleh bandar. Sedangkan harga jual dari bandar ke pasaran, dia tidak mengetahuinya.
“Yang pasti, di tingkat konsumen, harganya bervariatif, diatas Rp 10 ribu,” ujarnya. (Deni/R4/HR-Online)