Pasokan kelapa Banjar di Kios Delima, di Jl. BKR No 20 Banjar, sudah siap dipasarkan. Photo : Deni Supendi/ HR
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Krisis kelapa yang belum lama ini dirasakan oleh sejumlah pengusaha makanan olahan berbahan kelapa di Kabupaten Ciamis, juga dirasakan oleh bandar kelapa di wilayah Kota Banjar, Jawa Barat.
H. Hasyim, Pemilik Kios Delima, di Jl. BKR No 20, Banjar, ketika ditemui HR di kios miliknya, Senin (20/1), mengungkapkan, suplai kelapa menurun drastis hingga mencapai 50 persen. Sebelum-sebelumnya, pasokan kelapa ke kios delima dalam sehari bisa mencapai 14-15 ribu butir. Namun belakangan ini kios delima hanya bisa menyediakan 5-6 ribu butir perhari.
Pada kesempatan itu, Hasyim juga menyebutkan harga pasaran belanja kelapa saat ini. Untuk jenis kelapa grade A harganya Rp 2.800, grade B Rp 2.200, grade C Rp 1500, dan grade C antara Rp. 1000 sampai Rp. 1300.
“Akibat kondisi ini, kami tidak bisa memenuhi permintaan pasar di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Beberapa bulan ini, kami hanya mampu mengirim kelapa satu moil truk perhari. Padahal sebelum adanya krisis, biasanya bisa mengirim kelapa sebanyak 3-5 truk perharinya. Satu truk rata-rata terdapat 6-7 ribu butir kelapa,” ungkapnya.
Hasyim mengaku, biasanya dia memperoleh pasokan kelapa dari wilayah Ciamis, meliputi Langkaplancar, Pamarican, Cimaragas, Cidolog, Rancah, Rajadesa, dan Cisaga. Dari wilaayh Jawa Tengah, biasanya dari daerah Dayeuh Luhur. Sedangkan pasokan kelapa dari Banjar sendiri, meliputi wilayah Langensari dan Pataruman.
“Saya lebih memilih kepala dari daerah pegunungan. Soalnya, karakter kelapa gunung lebih baik, lebih tahan lama, dan lebih tebal. Berbeda dengan kelapa yang biasanya berada di sekitaran pesisir pantai. Banyak orang mengenal kelapa jenis gunung ini sebagai kelapa asal Banjar,” katanya.
Namun demikian, Hasyim menduga, kurangnya pasokan kelapa terjadi lantaran munculnya bandar-bandar baru di daerah. Para bandar ini berani membeli kelapa diatas rata-rata harga belanja pasaran.
“Saya sudah mendengar hal itu dari beberapa pemasok. Harga yang ditawarkan oleh bandar baru ini, memiliki selisih harga diatas rata-rata. Tentu, para petani kelapa cukup tergiur untuk menjualnya, karena harga yang ditawarkan lebih mahal antara Rp. 25 sampai Rp. 100,” ujarnya.
Pengusaha kelapa yang sudah malang melintang sejak tahun 1970-an ini berharap, krisis pasokan kelapa yang terjadi beberapa waktu belakangan ini, bisa segera berlalu. (deni/Koran-HR)