Marsimin (55), salah satu perajin bata merah di Blok Parungsari, Kel. Karangpanimbal, Kec. Purwaharja, Kota Banjar, tampak sedang mengolah bahan untuk pembuatan bata merah. Foto: Hermanto/HR
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Musim hujan mungkin membawa berkah bagi petani karena tanaman buah maupun tanaman padinya bisa subur tersiram air. Namun berbeda bagi pengrajin bata merah, seperti halnya para pengrajin bata merah di Lingkungan Parungsari, Kelurahan Karangpanimbal, Kec. Purwaharja, Kota Banjar. Dimusim hujan sekarang ini, omzet penjualan bata merah menurun drastis hingga 50 persen.
Marsimin (55), salah satu perajin bata merah di Blok Parungsari, mengaku, saat musim hujan, bata merah yang masuk proses penjemuran sulit kering. Di musim kemarau, biasanya kering dalam satu atau dua hari, namun jika musim hujan bisa sampai seminggu bahkan lebih.
“Kalau musim hujan seperti sekarang ini dalam sebulan kita hanya bisa membakar 5.000 sampai 7.000 biji. Itu pun kalau kering. Berbeda saat musim kemarau, kita bisa mencapai 20.000 sampai 25.000 biji,” tuturnya, kepada HR, Selasa (21/01).
Marsimin mengaku, di musim kemarau, harga jual bata merah hanya Rp.500.000/ 1.000 biji. Sedangkan pada musim hujan harga jual bata merah naik menjadi Rp.530.000/ 1.000 biji.
Hal serupa juga diungkapkan Sukimin (48), perajin bata lainnya di Blok Parungsari. Menurut dia, musim hujan seperti sekarang ini membawa derita bagi sejumlah pengrajin bata merah. Karena, bila ada pesanan dalam jumlah besar, dirinya bingung lantaran bata yang sudah dicetak susah dikeringkan.
“Jika sudah ada pesanan, kami sering merasa bingung karena bata yang sudah dicetak sulit dikeringkan dalam waktu cepat, akhirnya barang pun malah menumpuk tidak bisa terjual. Kalau dihitung-hitung, penjualan bata merah dimusim hujan sekarang ini turunnya mencapai 50 persenana,” tutur Sukimin.
Sedangkan menurut Sunaryo (54), mengatakan, jika ingin cepat kering, bata merah yang sudah siap jemur harus di oven. Namun, pengrajin di daerah tersebut belum memiliki alat pengering lantaran terbentur biaya untuk membelinya.
“Ya seharusnya kami punya mesin oven, supaya pada saat musim hujan pun bata merah yang sudah siap jemur bisa cepat dikeringkan. Dengan begitu maka kami tidak akan merugi sekalipun hujan turun tiap hari,” ujarnya.
Sunaryo yang mewakili para perajin bata merah lainnya, mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah untuk membeli mesin oven. Alat pengering itu sangat dibutuhkan disaat musim hujan.
Meski begitu, namun para pengrajin di Blok Parungsari tidak pernah mengeluh dan tetap bersemangat dalam memproduksi bata merah. Karena menurut mereka hal itu merupakan perjuangan hidup demi keluarga. (Hermanto/Koran-HR)