Kantor Koperasi ASA Kota Banjar, Jalan Gerilya, No 78 Sumanding Kulon, RT 01 RW 21, Kelurahan Mekarsari, Kota Banjar. Foto: Deni Supendi/HR
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Koperasi Produsen/ Petani Agro Sumber Alam (ASA) Kota Banjar, Jawa Barat, saat ini berhasil menjalin kerjasama dengan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, dalam bidang kegiatan pertanian terpadu.
Hal itu disampaikan Ketua Koperasi ASA, Yudho Hernowo, saat ditemui HR, di kantornya, di Jalan Gerilya, No 78 Sumanding Kulon, RT 01 RW 21, Kelurahan Mekarsari, Kota Banjar, Jawa Barat, Senin (27/1/2014).
Menurut Yudho, Koperasi Petani ASA memiliki cerita panjang sebelum akhirnya berdiri di Kota Banjar. Sekitar delapan tahun yang lalu, tahun 2008, Yudho yang berasal dari Yogyakarta, mencoba mengadu peruntungan di Kota Banjar. Dia pun memulai jual-beli kelapa (kopra dan santan).
“Saat itu saya menyuplai kebutuhan kelapa untuk daerah Bandung dan Cirebon. Usaha saya berjalan hampir dua tahun,” ungkapnya.
Sekitar tahun 2010/ 2011, Yudho mencoba mendirikan sebuah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Pelatihan Pertanian Organik, yang diberi nama Banjar Organik SRI Center (BOSC). BOSC ini sengaja didirikan, karena dia melihat Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Kota Banjar cukup berpotensi.
“Banjar saya anggap, wilayah yang cukup strategis sebagai zona ekonomi produktif. Karena berada di wilayah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah,” ujarnya.
Terlebih, setelah Yudho mendapati Kota Banjar ternyata memiliki visi dan misi untuk menjadi Kota Agropolitan termaju se-wilayah Priangan Timur (Priatim). Sejak itulah, diapun gencar melakukan pelatihan dan pembinaan kepada masyarakat petani.
“Pelatihan yang dilakukan BOSC, meliputi semua sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan,” katanya.
Dalam perjalanannya, BOSC kemudian terkendala masalah sistem (persyaratan) yang diterapkan Kantor Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Banjar. Yudho selanjutnya mendirikan Kelompok Usaha Masyarakat Petani Kota Banjar.
Programnya masih sama, kata Yudho, yaitu bergerak di sektor pertanian yang ramah terhadap lingkungan. Juga, menjadi lembaga penunjang bagi pemerintah. Perannya, menyambungkan program pemerintah pusat ke daerah atau kabupaten/ kota di seluruh Indonesia.
Lanjut Yudho, sekitar akhir tahun 2012, ada program fasilitasi dan advokasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kelompok Usaha Petani Kota Banjar berubah menjadi Koperasi Produsen yang bergerak di bidang pertanian.
“Rujukannya, Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang perkoperasian. Setelah itu, lahirlah Koperasi Agro Sumber Alam ini,” imbuhnya.
Usaha yang dijalani Koperasi saat ini adalah memproduksi sarana produksi pertanian (Saprotan) dan sarana produksi padi (Saprodi), serta budidaya di bidang pertanian dan pemasaran hasil produksi.
Seiring berjalannya waktu, jumlah anggota Koperasi ASA bertambah, juga beriringan dengan jumlah kebutuhannya. Langkah koperasi, pengoptimalan lahan dengan sistem terpadu, baik dari teknis, maupun sistem budidaya. Dan koperasi sebagai penampung pasca panen.
Untuk menunjang kegiatan dan ketersediaan bahan baku, Koperasi bekerjasama dengan UPTD Pasar Hewan dan Dinas Cipta Karya, Kebersihan, Tata Ruang dan Lingkungan Hidup (DCKTLH) Kota Banjar.
“Tujuannya, untuk pengelolaan limbah pasar hewan, serta menampung limbah sampah dari Bank sampah TPS, TPA di Kota Banjar,” ujarnya.
Soal pemasaran hasil produksi saprotan, koperasi menjualnya di internal anggota ataupun masyarakat umum. Implementasinya, setiap petani atau anggota mengikuti pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Koperasi ASA. Kebutuhan petani untuk penggarapan lahan dipenuhi, mulai pembiayaan traktor, pembenihan dan pemupukan.
“Mereka (petani) melaksanakannya dengan sistem bayar panen (Yarnen),” kata Yudho.
Yudho melanjutkan, kerjasama yang terjalin dengan Kabupaten Buleleng Provinsi Bali itu, merupakan bentuk pengembangan dari sektor usaha pertanian yang selama ini sudah dijalani oleh Koperasi ASA.
“Kerjasama dengan Pemrpov Bali itu sudah berjalan sekitar delapan bulan lamanya,” ungkap Yudho.
Menurut Yudho, saat ini Koperasi ASA tengah menggarap sekitar 9300 hektar lahan basah (Istilah di Bali, disebut Subak) di Pemprov Bali. Garapannya, antara lain budidaya tanaman varietas lokal, padi atau beras hitam dan beras merah.
“Untuk beras hitam dan merah ini, sudah punya pangsa pasar yang pasti. Singapura dan Jepang,” ujarnya.
Di bidang perkebunan (Istilah di Bali, Subak Abian), Koperasi ASA dan Pemprov Bali juga menjalin kerjasama dalam budidaya tanaman holtikultura, tanaman buah-buahan, seperti jeruk, anggur, kopi dan jagung.
“Selain itu, Koperasi juga menjalin kerjasama dalam pengelolaan sampah, untuk pembuatan kompos,” katanya.
Di tempat terpisah, Sukanda, petani asal Sumanding Kulon, mengaku sangat terbantu dengan sistem yang diterapkan oleh Koperasi ASA. Saat ini dia sedang menggarap lahan seluas 600 bata. Semua pembiayaan untuk persiapan tanam, dibantu oleh koperasi.
“Terbantu sekali. Apalagi, pembayaran bisa dilakukan setelah panen. Bisa juga dibayar dalam bentuk hasil panen,” ungkapnya.
Maman, Petani Sumanding Kulon lainnya, menuturkan, dirinya menggunakan produk-produk yang dijul koperasi, seperti kompos dan benih. Dia bersyukur, pada panen musim lalu, ada peningkatan hasil panen.
“Saya sudah lama bergabung di koperasi ini. Selama itu juga saya menggunakan produk dari koperasi. Alhamdulillah, hasilnya lumayan meningkat,” pungkasnya. (Deni/Koran-HR)