Salah seorang perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIT Muhammadiyah Banjar, disaksikan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Banjar, tengah menandatangani nota kesepakatan bersama dalam upaya penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS. Photo : Eva Latifah/HR
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Dalam upaya penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Banjar menggelar kegiatan Partnership Forum, dengan melibatkan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kota Banjar dan organisasi eksternal kampus, Rabu (29/03/2014), bertempat di RM. Primarasa.
Kegiatan tersebut juga dihadiri Dinas Kesehatan Kota Banjar, Yayasan Mata Hati, serta dua LSM yang beperan sebagai Implementing Unit, yakni LSM Viaduct dan Mutiara.
Sekretaris KPA Kota Banjar, dr. Hj. Nina Tursinah, mengatakan, tujuan diadakannya Partnership Forum supaya ada kesepakatan bersama antara KPA Kota Banjar dengan elemen mahasiswa dalam penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS, khususnya di Kota Banjar.
Untuk itu, dukungan dan peran aktif dari mahasiswa dalam mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA sangat diperlukan. Karena, adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan sosial masyarakat yang akhirnya akan menimbulkan kerawanan social.
“Harus disepakati bahwa partisipasi mahasiswa sebagai agen perubahan sekaligus sebagai kontrol sosial yang memiliki kekuatan besar untuk membangun kemandirian bangsa, akan terus menerus berkesinambungan dalam bagian kehidupan sosial masyarakat,” kata Nina.
Lanjut dia, penyebaran HIV-AIDS sangat sulit untuk diputus mata rantainya, dan belum ada obat untuk virus tersebut. Mengingat sangat penting dalam berperan menentukan angka MDG’s, sehingga kasus HIV-AIDS perlu disikapi oleh semua pihak, termasuk mahasiswa.
Pasalnya, permasalah HIV-AIDS di masyarakat tidak hanya dari hubungan seks dan penggunaan narkoba suntik secara bersamaan, tetapi bisa juga melalui air susu ibu.
Nina menambahkan, dalam kegiatan Patrnership Forum menghasilkan 4 point kesepakatan bersama. Keempat point tersebut diantaranya, pertama, siap mengurangi segala bentuk stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, kedua, siap menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ODHA.
Kenudian untuk point ketiga, siap menyebarluaskan informasi tentang HIV-AIDS kepada semua lapisan masyarakat, khususnya civitas akademi di lingkungan kampus dalam upaya mengurangi inveksi baru, dan point keempat, siap mendorong semua orang untuk melakukan tes HIV. (Eva/R3/HR-Online)