Emok, salah seorang petani di blok pesawahan Panatasan, Kelurahan/Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, menunjukan hama wereng yang menyerang tanaman padinya. Photo : Eva Latifah/HR.
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Akibat serangan hama wereng, para petani di blok pesawahan Panatasan, Cogreg, Curug Taneuh dan Rancakole, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, terpaksa memanen tanaman padinya lebih awal.
Hama wereng yang menyerang lahan pesawahan di daerah tersebut membuat para petani mengalami kerugian. Pasalnya, hasil panen menjadi turun, sementara biaya yang dikeluarkan untuk perawatan tanaman pun tidak sedikit.
“Sudah dipastikan hasil panen bakal turun karena banyak tanaman padi yang rusak diserang hama wereng. Meskipun petani sudah berusaha dengan melakukan penyemprotan, tapi tetap saja upaya itu tidak berhasil,” ungkap Rakim, salah seorang petani di Panatasan, Kamis (06/03/2014).
Pendapat serupa juga diungkapkan Wa Idut, petani yang memiliki lahan sawah di daerah Rancakole. Menurut dia, hama wereng mulai terlihat menyerang tanaman padi di sejumlah daerah yaitu pasca terjadinya hujan abu akibat letusan Gunung Kelud beberapa waktu lalu.
Jenis hama wereng yang menyerang tanaman padi diantaranya wereng coklat/nilaparvatalugens, wereng punggung putih/sogatella furcifera, dan wereng hijau. Namun, hama yang paling ganas yaitu hama yang bentuknya seperti abu dan berwarna putih.
Sementara itu Sumiati, petani lainnya yang menggarap sawah di Blok Panatasan, menyebutkan, tanaman padi terpaksa dipanen lebih awal. Padahal menurut waktu normal panen seharusnya dilakukan akhir bulan Maret ini, atau terhitung sekitar 20 harian lagi.
“Bulir padi banyak yang masih kosong karena memang belum waktunya dipanen. Dari sawah seluas 50 bata, hasil yang saya dapat hanya satu karung pusri saja. Kalau yang dipanen sekarang belum tentu dapat satu karung pusri karena kondisi kerusakan tanamannya sudah cukup parah akibat serangan hama wereng makin merajalela,” tutur Sumiati, saat dijumpai HR, Senin (10/03/2014).
Emuk, petani lainnya, mengaku, hama wereng bisa saja berkurang jika penyemprotan pada tanaman dilakukan setiap hari. Tapi, yang jadi kendala bagi para petani adalah mahalnya biaya untuk pembelian obat pembasmi hama.
“Bila setiap hari disemprot ya ada harapan, hasil panen bisa tertolong, setidaknya kerugian yang dialami tidak terlalu besar. Namun kendalanya biaya untuk pembelian obat pembasmi hama. Jadi kami di sini paling bisa nyemprot selang tiga hari sekali, karena harga obat untuk satu kali nyemprot itu tujuh puluh ribu rupiah,” keluhnya.
Menurut Emuk, hama wereng awalnya menyerang lahan pesawahan di Blok Cogreg, lalu menyebar ke areal pesawahan di daerah Curug Taneuh dan Panatasan. Bahkan menurutnya, akibat serangan hama tersebut, hampir semua tanaman padi di Blok Cogreg kondisinya rusak parah sehingga para petani membakarnya untuk menghilangkan hama.
“Saat ini para petani hanya bisa pasrah. Perawatan yang kami lakukan sudah semaksimal mungkin. Modal besar, tapi tanaman padi rusak,” tutur Emuk.
Petani lainnya, Aso, menambahkan, untuk menekan tingkat kerugian yang dialami para petani, diharapkan adanya bantuan obat pembasmi hama dari pemerintah. Selain itu, sebaiknya pemerintah juga memiliki alat pendeteksi hama yang lebih canggih.
“Jika ada alat pendeteksi hama yang lebih canggih, mungkin petani pun bisa lebih gampang menanggulanginya. Tidak perlu harus menunggu tanaman padi rusak dulu baru disemprot,” harap Aso. (Eva/Koran-HR)