Photo : Ilustrasi/ Net
Sidamulih, (harapanrakyat.com),-
Agus Gunawan, Dalang sekaligus pengrajin wayang golek asal Dusun Ciokong, Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, mengeluh soal omzet penjualan kerajinan wayang yang kian menurun. Padahal, dia memiliki 3 orang karyawan yang bertugas membuat kerajinan wayang, mewarnai, membuat pakaian, mengemas sampai ke penjualan atau pemasaran.
Ketika ditemui HR, Senin (21/4/2014), Agus yang memiliki kemampuan berbahasa inggris ini mengaku sudah memiliki galeri wayang golek sejak tahun 1989. Usaha di bidang kerajinan ini diturunkan dari almarhum sang ayah yang bernama Samingun.
Di masanya, Samingun merupakan seorang dalang beken di wilayah Desa Cibenda. Sepeninggal ayahnya, Agus membuka galeri wayang golek di daerah Ciokong. Pangsa pasar yang Agus miliki adalah wisatawan dari luar negeri, seperti Eropa, Belanda dan Australia. Wisatawan yang datang, mayoritas dibawa oleh para pemandu wisata Pangandaran, Bandung, Bogor, Yogya dan lain-lain.
Menurut Agus, wisatawan asing yang paling banyak berkunjung ke galeri miliknya adalah turis Belanda dan Australia. Para turis ini datang dengan menggunakan jasa Travel Biro Internasional yang bekerjasama dengan Guide lokal Pangandaran.
Agus mengungkapkan, beberapa waktu terakhir ini, angka kunjungan wisatawan asing mengalami penurunan. Dia menduga, hal itu disebabkan lantaran kawasan Pantai Pangandaran terkesan kotor. Selain itu, dorongan atau ‘support’ dari Pemkab Pangandaran kepada seniman sampai saat ini belum maksimal.
Sependapat dengan itu, Tour Leader Group Djoser asal Jeman, Inggo (45), mengatakan, banyak wisatawan yang membatalkan kunjungan ke Pangandaran. Alasannya karena masalah kebersihan Pantai Pangandaran dan minimnya tuuan objek Wisata Budaya.
Di samping soal itu, penataan pedagang kaki lima (PKL) yang masih terkesan semrawut, menjadi salah satu penyokong kenapa angka kunjungan wisatawan asing kian mengalami penurunan. Soalnya, hal itu menjadi alasan para wisatawan membatalkan kunjungan.
“Kalau ingin berkunjung ke pantai, pantai-pantai di Bali dan Lombok banyak yang lebih bagus daripada Pangandaran, bahkan jauh lebih bersih. Jadi Kami tidak mau membuang waktu untuk yang kurang bagus,” tutur Inggo, saat ditemui HR, Jum`at (18/4/2014), di Hotel Sunrise Pangandaran.
Diakui Inggo, Group Djoser dari Jerman mulai berkunjung ke Pangandaran sejak tahun 1990. Namun, pada paket perjalanan wisata beberapa terakhir ini, Pangandaran tidak masuk dalam rute perjalanan kunjungan wisatawan.
Pemandu Wisata senior asal Pangandaran, Yudis (63), menyayangkan pembatalan Group Djoser. Padahal, kata dia, jalinan kerjasama yang dibangun dengan group ini sudah puluhan tahun.
Bagi Yudis, hal ini tentu saja sangat berdampak pada pendapatannya sebagai seorang guide. Dia berharap, Pemerintah Kabupaten Pangandaran, melakukan penataan, termasuk juga menjalin kerjasama dengan para pelaku wisata, seniman dan budayawan. (Askar/Koran-HR)