Banjar, (harapanrakyat.com),-
Tingginya keinginan untuk menang, serta mahalnya biaya yang dikeluarkan seorang calon anggota legislatif dalam Pemilihan Legislatif (Pileg), baik untuk pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, dapat berdampak pada tingginya tingkat depresi yang akan dialami caleg.
Calon yang kalah ataupun yang menang, dapat menimbulkan potensi gangguan jiwa, bahkan gila. Hal tersebut dikatakan pengurus DPD II Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Banjar, Ust. Tasudin Alhasby, pekan lalu, kepada HR.
Menurut dia, anggota dewan memiliki tiga fungsi, yakni melegislasi Undang Undang, membuat anggaran dan pengawasan. Dengan demikian, sangat wajar jika kursi anggota dewan seakan sebuah primadona yang menjadi rebutan, dan diupayakan dengan berbagai macam cara. Mulai dari modal besar yang mesti dimiliki, hingga ketangguhan mental diri.
“Ada tiga hal yang memicu tumbuhnya para caleg berpotensi gila, yaitu lemahnya keimanan, biaya politik yang mahal, dan sistem demokrasi yang memberikan peluang,” katanya.
Tasudin juga menegaskan, yang perlu diyakini secara mendasar oleh umat muslim yakni, pengabdian hidup seorang kaum muslim di dunia adalah dalam rangka sebuah ketaatan total terhadap segala aturan-aturan yang telah Allah SWT turunkan melalui Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Selanjutnya, kaum muslim akan mampu memilih perbuatan dalam hidupnya sebagai upaya ketaatan dari keyakinannya sejak awal. Sehingga, kaum muslim tidak harus memiliki alasan-alasan lain, bahkan memunculkan pemikiran kekhawatiran, yang pada faktanya pemikiran kekhawatiran inilah yang melenggangkan sistem demokrasi saat ini.
“Bumi ini milik Allah, maka Indonesia pun milik Allah. Manusia diciptakan Allah dan diatur hidupnya oleh Allah. Tapi mengapa masih saja enggan memakai aturan-aturan yang diturunkan oleh Allah,” ujar Tasudin.
Sementara itu, menurut dokter spesialis kejiwaan di RSUD Banjar, dr. Iman Hilman Marthatmadja, Sp.Kj., bahwa manusia memiliki tujuh tingkat kebutuhan. Dimana semuanya memiliki potensi awal munculnya masalah kejiwaan ketika ada faktor-faktor pencetus yang mendasarinya. Hal itu biasanya muncul dari sebuah kefrustasian dan adanya konflik.
“Di dalam jiwa yang kuat terdapat badan yang sehat. Maka teruslah berupaya untuk memupuk jiwa-jiwa kita dengan keimanan terhadap Allah SWT, dan menghindarkan diri dari gejala-gejala yang akan memicu munculnya masalah kejiwaan,” tandas Iman. (Eva/R3/Koran HR)