Sejumlah warga tengah menangkap ikan di Rawa Ciilat, Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Kamis (22/05/2014). Foto: Madlani/HR
Padaherang, (harapanrakyat.com),-
Rawa Ciilat yang berada di Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, merupakan sebuah dataran yang terbentuk dari timbulnya genangan air. Dulunya rawa ini merupakan sebuah pematang sawah yang terhampar luas. Namun, akibat sering terjadi banjir, akhirnya areal itu sudah 4 tahun berjalan berubah menjadi rawa.
Bagi petani, berubahnya fungsi dataran ini menjadi rawa memang sebuah petaka. Namun demikian, justru setelah menjadi rawa, malah memberikan keuntungan bagi warga sekitar. Ikan yang tumbuh secara liar, kini berlimpah ruah. Maka tak jarang warga yang mengais rezeki untuk sekedar mencari ikan di rawa ini.
Ketika musim hujan melanda, debit air di Rawa Ciilat semakin tinggi. Selain dari curah hujan, juga dipasok dari air sungai atau kolam ikan warga yang meluap ke areal tersebut. Itu sebabnya, banyak ikan hijrah ke rawa ini dari akibat banjir.
Kini, ketika intensitas curah hujan mulai menurun, membuat genangan air di Rawa Ciilat menyusut. Susutnya air rawa tampaknya memberikan rezeki yang melimpah bagi warga sekitar. Warga kini bisa dengan mudah menangkap ikan ketika air rawa tengah surut.
Unus (36), warga Dusun Pangasinan RT 18/RW 05 Desa Padaherang, Kecamatan Padaherang, sengaja meluangkan waktunya untuk mencari ikan, ketika dia mendapat informasi bahwa Rawa Ciilat tengah surut.
Menurut Unus, sudah biasa kalau Rawa Ciilat surut pasti banyak warga berburu ikan. Karena ikan mudah ditangkap ketika genangan air tidak terlalu besar. Selain itu, ikan yang berada di rawa tidak akan kembali hijrah ke sungai, karena aliran air dari sungai terputus akibat genangan air menyusut.
“Kalau surut ikan pasti banyak. Karena ikan hanya berputar-putar di areal rawa,” ujarnya.
Unus mengatakan, dirinya memang sering menangkap ikan di Rawa Ciilat. Namun, apabila genangan air rawa tinggi, dia hanya mampu menangkap ikan dengan rata- rata 2 sampai 5 kg. Tetapi, di saat air surut, tangkapannya melimpah.
“Meski banyak orang yang ikut menjala, tapi saya masih bisa menangkap ikan sampai 20 kg. Berbeda ketika genangan air tinggi, meski tidak banyak orang yang menjala, tapi hasil tangkapan ikan cuma dapat 2 kg atau paling bagus sampai 5 kg,” terangnya.
Makanya, lanjut Unus, dia datang ke Rawa Ciilat bersama rombongan dari kampungnya. “Kalau air rawa surut, memang menjadi berkah bagi orang yang hobi menjala ikan. Makanya, orang datang dari berbagai daerah hanya sekedar untuk mencari ikan,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Maman (45), warga Dusun Kedungkuda, Desa Sukamaju, Kecamatan Padaherang. Dia mengaku mendapat Informasi air Rawa Ciilat surut dari mulut ke mulut. Menurutnya, orang yang mengais rezeki di saat air rawa surut, tidak hanya datang dari Padaherang saja, tetapi dari daerah lain pun berdatangan.
“Barusan saya tanya, ternyata ada yang datang dari Banjar, Banjarsari, Lakbok dan sekitarnya. Karena Rawa Ciilat ini sudah terkenal banyak sekali ikannya, diantaranya Ikan Mujaer dan ikan sungai, ujarnya.
Sementara itu, Hasanudin (43), warga Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, mengaku senang karena dengan surutnya air Rawa Ciilat mendatangkan rejeki dengan hasil tangkapan ikan yang berlimpah.
“Saya sampai bolak-balik ke rumah membawa hasil tangkapan ikan. Saking banyaknya tangkapan hari ini, sampai-sampai ikan yang didapat dibuat asinan,” kata Hasanudin.
Menurut Hasanudin, warga yang menangkap ikan di saat air rawa surut, rata-rata mendapat 10-15 kg ikan. Tentunya jumlah tangkapan itu berbeda dengan hari-hari biasanya.
“Kita juga berharap pemerintah memberikan bantuan benih ikan untuk ditebar di rawa ini. Hal itu sebagai pemanfaatan rawa dan bisa memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat sekitar,” harapnya. (Mad/R2/HR-Online)