Musim kemarau basah yang terjadi saat ini menjadi kendala terhadap proses penjemuran padi. Para petugas di UPTD Balai Benih Padi tampak sibuk menutupi jemuran padi akibat hujan turun yang datang secara tiba-tiba. Photo: Eva Latifah/HR.
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Melihat kondisi cuaca pada bulan Juni-Juli 2014 masih terjadi curah hujan cukup lebat, maka musim kemarau di tahun ini merupakan kemarau basah. Artinya, akan lebih banyak hujan ketimbang panasnya. Hal itu dapat memicu adanya potensi ledakan serangan hama atau organisme penggerak tanaman (OPT) padi.
Kepala UPTD Balai Benih Padi dan Bibit Dinas Pertanian (Distan) Kota Banjar, Yaya Mulyana, mengatakan, beberapa jenis hama wereng yang perlu diwaspadai oleh para petani diantaranya hama wereng, sundep dan walang sengit.
“Secara umum, kalau musim tahun basah sangat mendukung berkembangnya hama tanaman yang bersayap. Tetapi, musim tahun basah pun sangat mendukung untuk percepatan panen padi, sehingga petani tidak akan menyelang dengan tanaman palawija, sebab tanaman tersebut tidak baik ditanam pada lahan sawah basah,” kata Yaya, saat ditemui HR, Selasa (12/08/2014).
Namun diakuinya, untuk Balai Benih Padi sendiri, banyaknya curah hujan memang menjadi sedikit kendala terhadap proses penjemuran calon benih padi. Jika curah hujan terus-menerus tinggi hingga masa puncak panen, maka pihaknya terpaksa harus menggunakan mesin pengering padi/dryer.
Menurut Yaya, puncak panen padi diperkirakan berlangsung pada minggu ketiga bulan Agustus sampai akhir Agustus 2014. Meski tahun ini merupakan tahun basah, pihaknya optimis target PAD sebesar Rp.637 juta bisa terealisasikan.
“Proses panen bagus, tapi pengeringannya terhambat. Walaupun itu menjadi kendala, tapi kita tetap optimis, karena permintaan atau peluang pemasaran biasanya terjadi di akhir tahun. Terlebih tahun ini masa panen tidak sama dengan daerah lain,” ujarnya.
Yaya menambahkan, kendala lain yang dihadapi UPTD Balai Benih Padi yakni masalah kendaraan operasional yang sekarang sudah mulai banyak kerusakan, terutama mobil truk. Diakuinya, biaya untuk perawatan ringan di bawah Rp.1 juta diusahakan dari pihak UPTD. Tetapi kalau lebih dari itu biasanya meminta ke dinas.
“Sekarang ini yang jadi kendala yaitu rusaknya bagian karoseri truk. Memang masih dapat digunakan, namun kami khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan bila digunakan pun tidak akan maksimal,” pungkasnya. (Eva/Koran-HR)