Salah satu sekolah kejuruan asal Kota Tasikmalaya, sedang melaksanakan perkemahan di kawasan eks objek wisata Pinus Darmacaang, Kabupaten Ciamis, Minggu (31/8/2014). Photo Deni Supendi/ HR
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Kawasan objek wisata Pinus, yang berlokasi di Desa Darmacaang, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sudah hampir lebih dari dua tahun ini ditutup. Warga setempat berharap kawasan yang berada di area milik Perhutani itu kembali dibuka. Bagi warga, keberadaan objek wisata ini mampu membantu menghidupkan perekonomian.
“Setelah ditutup, aktifitas di kawasan ini (objek wisata Pinus) sangat sepi. Warga yang dulu mengandalkan pendapatan dari sini, sebagian harus bekerja di luar daerah, sebagian lagi masih mencari pekerjaan,” kata Yaya, warga Darmacaang, Minggu (31/8/2014).
Yaya, yang juga seorang pedagang batagor dan siomay ini mengaku, ketika kawasan objek wisata Pinus belum ditutup, angka kunjungan mencapai antara 700 sampai 800 wisatawan perminggunya. Dengan kata lain, angka kunjungan wisatawan rata-rata mencapai 2.800 sampai 3.200 dalam satu bulan.
“Bagi kami (warga), ini potensi yang sangat besar. Dengan ini, kami bisa mendapat penghidupan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” ungkapnya.
Kepada HR, Yaya juga menyayangkan penutupan kawasan objek wisata Pinus yang dilakukan secara sepihak tersebut. Diapun mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Ciamis, untuk turun tangan dan menata kembali kawasan itu.
“Kalaupun ada rencana dibuka kembali, kami ingin Pemkab Ciamis memiliki peran dalam penyediaan sarana dan prasarana penunjang, untuk mendukung pengembangan kawasan wisata alam yang masih perawan ini,” ucapnya.
Salah satunya, kata Yaya, infrastrukutur jalan menuju kawasan objek wisata Pinus perlu diperbaiki. Menurut dia, kondisi jalan yang rusak dan berbatu sangat mengganggu kelancaran laju kendaraan. Belum lagi, tanjakan dan turunan yang curam.
Ketika disinggung soal penyebab ditutupnya kawasan objek wisata, Yaya tidak banyak mengulasnya. Hanya saja, dia menjelaskan bahwa semua pihak harus turut terlibat dalam pembinaan akhlak generasi muda saat ini.
“Masalah kenakalan remaja tentunya tanggung jawab semua pihak, orang tua, guru, ulama dan masyarakat. Dan seharusnya, masalah ini tidak dihubung-hubungkan dengan keberadan kawasan objek wisata Pinus,” tandasnya.
Kedepan, imbuh Yaya, pengelolaan kawasan objek wisata Pinus harus lebih diarahkan dengan konsep profesional. Pengawasan terhadap upaya pelanggaran, seperti tindakan asusila dari oknum kalangan anak muda tetap harus diwaspadai dan diantisipasi.
“Bila masih ada kekhawatiran, pengawasannya bisa lebih diperketat. Tapi yang paling penting, upaya penutupan seperti yang pernah terjadi, jangan justru merugikan banyak pihak,” imbuhnya.
Yaya menambahkan, sejumlah tokoh dari kalangan pemuda, tokoh agama dan tokoh masyarakat di kawasan objek wisata Pinus sebenarnya tidak menghendaki penutupan. Menurut mereka banyak hal yang dapat didiskusikan untuk mencari jalan keluarnya. (deni/Koran-HR)