Suasana di dalam kawasan wahana wisata air Banjar Water Park (BWP) tampak sepi dan tidak terurus. Objek wisata air terbesar di Priangan Timur itu kini seakan mati suri.
Foto: Hermanto/HR.
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Banjar Water Park (BWP) merupakan objek wisata air terbesar di wilayah Priangan Timur. Objek wisata yang terletak di Lingkungan Parunglesang, Kelurahan/Kecamatan Banjar, Kota Banjar ini, memiliki fasilitas wahana yang cukup lengkap, seperti kolam arus, kolam renang, tempat karaoke dan fasilitas lainnya.
Bahkan, BWP juga terkenal dengan dua wahananya cukup ekstrim,
yaitu wahana Superbowl dan Boomerang. Dua wahana itu disebut-sebut hanya ada di Kota Banjar dan di Bali.
Para pengunjung pun dibikin puas dengan disuguhi fasilitas-fasilitas yang tidak ada di objek wisata air lainnya. Setiap harinya, BWP selalu bekerjasama dengan pihak-pihak sekolah, mulai dari tingkat Paud hingga SMA dengan memberikan diskon tiket, sehingga selalu dipenuhi pengunjung. Mulai dari para pelajar yang datang dari wilayah Kota Banjar maupun luar daerah.
Namun sayang, kini BWP tak seramai dulu. Sekarang keadaannya berbalik 180 derajat. Wahana wisata air yang dibangun Pemkot Banjar dengan anggaran miliaran rupiah itu kini bagaikan orang tertidur pulas dan sulit untuk dibangunkan.
Kemegahan dan keramaian di kawasan objek wisata tersebut nyaris tak terdengar lagi. Candaan-candaan para pengunjung yang sedang bermain air, atau jeritan pengunjung saat meluncur dari superbowl atau boomerang, serta pertunjukan hiburan musik pun sudah tidak ada. Kini hanya ada room karaoke keluarga, namun itu pun hanya untuk orang-orang berkantong tebal.
Objek wisata air BWP yang diresmikan pada 21 Februari 2010 oleh DR. dr. H. Herman Sutrisno, MM., (Walikota Banjar sebelumnya), kini seakan tak berdaya. Air kolam tampak kotor, sejumlah fasilitas lainnya telah rusak dan tidak terawat.
Yanto (37) salah satu karyawan BWP, menuturkan, dirinya bersama karyawan lainnya hampir empat bulan belum mendapat gaji. Dia mengaku, besaran gaji yang diterimanya perbulan sebesar Rp.950 ribu rupiah.
Semua karyawan mengaku kebingungan, karena pihak managemen tidak bisa memberikan solusi, sehingga posisi karyawan seperti digantung. Apalagi saat BWP tutup selama satu bulan kemarin, para karyawan mencoba mencari pekerjaan sampingan.
“Kami hanya bisa pasrah, dan bingung harus bagaimana. Kalau memang mau dikeluarkan ya dikeluarkan, dan kalau memang harus bekerja ya harus dibayar,” ujar Yanto, ketika ditemui HR, Senin (06/10/2014).
Sementara itu, Plt. Dirut BWP, Yayan Suryandi, mengatakan, segala sesuatu yang bermasalah di BWP harus dipikirkan bersama. Baik itu mengenai perawatan wahan dan segala yang berurusan dengan BWP.
“Namun, saya tidak bisa menentukan anggaran karena posisi saya sendiri di sini lemah, hanya sebagai Plt, bukan direktur definitif. Saya hanya bisa berfikir apa adanya,” ujarnya.
Yayan juga berharap, kedepan ada perbaikan dari semua segmen. Karena, dirinya sudah merasa terbebani oleh keadaan yang intinya tidak ada anggaran. Sehingga, kondisi BWP saat ini sudah tidak berdaya lagi.
Kabid. Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Dinas Perhubungan, Komunikasi, Infomatika dan Pariwisata (Dishubkominfopar) Kota Banjar, Ian Rakhmawan, ST., M.Si., mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan jika wahana wisata air kebanggaan masyarakat Kota Banjar itu sampai merosot atau bahkan bangkrut.
Pasalnya, BWP merupakan aset daerah, juga sebagai penyerap tenaga kerja untuk orang Banjar dan sumber PAD Kota Banjar. “Di Kota Banjar, sebuah tempat wisata sangat minim, jadi sungguh disayangkan jika BWP sampai merosot, apalagi sampai bangkrut,” ujarnya.
Menurut Ian, pihaknya berharap kedepan setelah ada direktur BWP yang definitif, harus didukung penuh oleh pemerintah atau pun DPRD, agar BWP dapat bangkit lagi dan menjadi wahana wisata air terbesar di Priangan Timur. (Hermanto/Koran-HR)