Berita Banjar (harapanrakyat.com),- Dari 20 orang keseluruhan jumlah anggota komunitas waria (wanita pria-red) yang ada di Kota Banjar, 6 orang diantaranya sudah bisa memberikan pemahaman mengenai HIV-AIDS kepada pasangannya masing-masing, hingga akhirnya pasangan mereka mau melakukan tes HIV.
Hal itu dikatakan Petugas Lapangan LSM Viaduct, Dini, yang bertugas sebagai pendamping komunitas waria di Kota Banjar, saat ditemui HR usai mengadakan kegiatan sosialisasi HIV-AIDS, sekaligus pemeriksaan darah untuk dites HIV melalui VCT, Senin (24/11/2014), di tempat kost komunitas waria, Jl. Kapten Jamhur.
“Untuk layanan VCT-nya, kita bekerjasama dengan Puskesmas Purwaharja II, dan Alhamdulillah, masing-masing pasangan dari enam orang waria itu mau dites HIV atas dasar kesadaran mereka sendiri,” kata Dini.
Menurutnya, hal tersebut merupakan bukti bahwa semua anggota komunitas waria yang memiliki resiko tinggi tertular HIV, khususnya dari orientasi seksualnya, sudah paham akan pentingnya melakukan pencegahan, termasuk pada pasangannya.
Secara rutin setiap tiga bulan sekali komunitas waria dites HIV, baik datang langsung ke Puskesmas, atau pada kegiatan Promotion Clinik yang digelar oleh pihak LSM.
“Kalau untuk pasangannya baru kali ini, karena memang susah sekali pasangan waria ini mau dites HIV. Alasannya, karena mereka tahu kalau waria yang jadi pacarnya itu negatif. Padahal belum tentu si lakinya itu negatif juga, sebab mereka pun termasuk laki-laki beresiko tinggi. Siapa tahu sebelum-sebelumnya mereka sering jajan,” tuturnya.
Dini mengatakan, bagi anggota komunitas waria yang belum memeriksakan pasangannya untuk dites HIV, diharapkan mereka bisa mengkondisikan pasangannya masing-masing supaya mau melakukan VCT.
Sementara itu, Dea, salah seorang anggota komunitas waria, yang juga masuk dalam Tim LKB (Layanan Komperhensif Berkesinambungan) HIV-AIDS Puskesmas Banjar I, mengaku, dirinya selalu memberikan pemahaman mengenai HIV-AIDS kepada pasangannya.
“Awalnya memang pasangan saya tidak mau dites, tapi lama-lama dia mau juga, dan itu atas kesadaran dia sendiri. Mungkin karena saya sering ngomongin masalah HIV, sehingga akhirnya dia sadar sendiri mau dites,” tuturnya.
Dea menambahkan, dengan adanya peran dari Petugas Lapangan yang mendampingi anggota komunitas waria, sehingga mereka sudah paham betul bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS.
Meski mereka selalu memakai pengaman saat melakukan hubungan intim, namun tes HIV tetap harus dilakukan. Lantaran, bagi mereka hal itu sudah menjadi suatu keharusan untuk mengetahui status kesehatannya.
“Waria juga manusia yang memiliki hak sama untuk mendapatkan layanan kesehatan, perlindungan maupun akses sosial. Pada layanan kesehatan, dalam hal ini VCT, kita jangan menyia-nyiakan sebab selama ini gratis, dan itu untuk kesehatan kita juga,” pungkasnya. (Eva/Koran-HR)