Komunitas Seni Tradisional ‘Genjring Ronyok’ asal Dusun Banjarwaru, Kawali, di bawah Pimpinan Ustad Mahmud, saat menggelar latihan. Photo: Dian Sholeh WP/ HR
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Kesenian Genjring Ronyok asal Dusun Banjarwaru, Desa Kawali, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis mulai terlupakan. Padahal, kesenian musik bernafaskan islami ini pernah berjaya pada masa lalu. Kini pelaku kesenian genjring ronyok sebagian besar merupakan kalangan Lanjut Usia (Lansia).
Pimpinan Kesenian Genjring Ronyok, Ustadz Mahmud, ketika ditemui di sela-sela latihan, Senin (1/12/2014), mengatakan, genjring merupakan salah satu seni budaya tradisional yang pernah berkembang di Indonesia, termasuk di Kabupaten Ciamis.
Dulu, kata Mahmud, kesenian genjring cukup efektif sebagai media pembinaan generasi muda. Hampir setiap malam kalangan anak-anak muda bertemu di mesjid, mengisi waktu senggang dan memainkan genjring secara bersama-sama.
Namun saat ini, kesenian genjring sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan generasi muda. Bahkan generasi muda sekarang ini lebih tahu alat musik modern daripada alat kesenian tradisional genjring.
“Sekarang, kesenian ini dimainkan oleh kalangan orang tua yang rata-rata sudah berusia 50 tahun keatas. Meski begitu, mereka masih semangat memainkan alat tardisional genjring ronyok ini,” kata Mahmud.
Diakui Mahmud, komunitas kesenian Genjring Ronyok yang dipimpinnya sering mendapat panggilan manggung. Diantaranya seperti pada acara hajatan atau acara seremonial lainnya. Termasuk pernah tampil pada pembukaan musabaqoh tingkat nasional yang diselenggarkan di Bekasi dan Sumendang. Pernah juga pada even festival layang-layang internasional.
”Saya berharap kesenian tradisional genjring ronyok tetap bisa eksis. Di sini juga alhamdulillah sudah mulai ada regenerasi. Kami juga ingin ada perhatian dari pemerintah, khususnya dalam masalah sarana dan prasarananya,” harap Mahmud.
Menanggapi hal itu, Kasi Kesenian dan Perilman Disdikbud Kabupaten Ciamis, H. Dedi Kusmana, mengatakan, kesenian genjring mulanya merupakan kesenian yang digunakan para ulama untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Konon dahulu saat ajaran agama Islam mulai disebarkan di wilayah Kerajaan Galuh, para ulama menggunakan genjring sebagai perantara untuk mengumpulkan rakyat.
”Kesenian ini harus terus berkembang, khususnya di Kabupaten Ciamis. dan harus dijadikan aset yang sangat mahal harganya. Kami (Disdikbud) juga akan terus melakukan pembinaan,” tuturnya. (DSW/Koran-HR)