Pengrajin Batu permata asal Manonjaya, Ali Nurjamal sedang memoles batu permata. Meski hanya nongkrong di depan rumah, para penggemar terus berdatangan. Photo : Eji Darsono/ HR
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Seiring dengan membludaknya pecinta batuan permata, Ali Nurjamal (30), pengrajin batu permata asal Manonjaya, Tasikmalaya, berhasil meraup untung di Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Kepada HR, Ali, saat ditemui HR, di sela-sela membuat mata cincin berbahan batuan permata, Selasa (23/12/2014), mengaku kewalahan melayani order atau permintaan para pecinta batuan permata di Kawali.
Diakui Ali, bahan batu yang dibuat untuk dijadikan batu permata sangat beraneka ragam. Namun, para penggemar batu permata asal Kawali pada umumnya membawa bongkahan batu jenis Kalimaya.
Menurutnya, jika dipasarkan dengan serius harga batu buatannya bisa memiliki nilai ekonomi tinggi. Lebih jauh Ali menjelaskan, keahlian dalam membuat batu permata dilakoninya sejak dua tahun silam.
Dia pun tak pernah menyangka, karena awalnya Ali hanya sekedar iseng dan hobi. Tapi sekarang justru bisa membuahkan hasil. Ali mengungkapkan, setiap harinya sedikitnya 15 hingga 20 orang penggemar batu permata datang membawa aneka jenis bongkahan batu kepadanya untuk dibuatkan batu permata.
Jenis batu apapun, kata Ali, satu buahnya dipatok harga Rp.25.000. Dalam sehari, paling banter hanya Ali bisa menyelesaikan sekisar 15 batu permata saja. Sebab, untuk pembuatan satu batu permata sedikitnya memerlukan waktu 30 menit.
Jajang, penggemar batu permata asal Desa Linggapura, Kecamatan Kawali, mengatakan, mahalnya harga pembuatan batu permata disebabkan lantaran di wilayah itu tidak ada pengrajin yang menyaingi Ali.
“Hanya ada satu-satunya pengrajin,” katanya.
Basir, penggemar batu permata lainnya, menilai wajar apabila pengrajin mematok harga sebesar itu. Menurut dia, selain memerlukan keahlian khusus dalam pembuatannya, pemotongan batu yang dibawa para pemesan, biasanya memerlukan waktu lama.
“Terlebih kalau pemesan menginginkan agar aura yang terdapat dalam bongkahan batu yang dibawanya ingin terlihat dengan jelas. Itu bukan pekerjaan gampang. Nilai sebuah seni terkadang tidak bisa terukur dengan nilai uang,” katanya. (dji/Koran-HR)