Bupati Ciamis, H. Iing Syam Arifin, saat menengok penderita gangguan jiwa di Desa Desa Budiasih, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis. Foto: Heri Herdianto/HR
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Terungkapnya 14 penderita sakit jiwa di Desa Budiasih, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis, yang sempat membuat geger publik Ciamis, langsung mendapat perhatian dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnaker) Ciamis. Sebagai upaya penanggulangan, Dinsosnaker akan segera menyelenggarakan terapi sosial bagi warga Desa Budiasih.
Menurut Kepala Dinsosnaker Ciamis, DR. Wawan Arief, pihaknya akan bekerjasama dengan psikolog dan juga sosiolog untuk mengetahui penyebab hingga mewabahnya penyakit jiwa di deaerah tersebut. “Kita juga akan melibatkan tokoh agama dan masyarakat agar ikut membina warga,” katanya, Senin (26/1/2015).
Wawan menambahkan, wewenang pihaknya lebih ditekankan untuk melindungi dan memberdayakan yang sehat. “Jadi, ke depannya diharapkan tidak ada lagi masyarakat setempat yang menderita gangguan jiwa,” ujarnya.
Menurut Wawan, adanya kampung yang masyarakatnya mengalami gangguan jiwa hingga berjumlah belasan ini, baru ditemukan sepanjang sejarah Ciamis.
Dinas Kesehatan mencatat, jumlah kasus gangguan jiwa di Kecamatan Sindangkasih tertinggi di Ciamis, yaitu 14 orang di Desa Budiasih. Antara lain Mamad (35) yang kaki tangannya terpaksa dipasung dengan rantai, Aiyani Cahyani (34), Dewi Roslina (27), Tiarsoh (39), Ade (38), Ade Hidayat (28), Rohman (39), Cecep Cahyadi (24), dan Fatimah (48) dirawat oleh keluarga di rumah masing-masing.
Sementara itu, lima orang diantaranya dibiarkan berkeliaran, meskipun sakit jiwa dan kerap mengganggu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, dr. Engkan Iskandar, mengatakan, ada beberapa lagi yang stres dan masih akan didata. Pihaknya, lanjut dia, melalui Puskesmas Sindangkasih akan merujuk pengobatan ke rumah sakit umum atau jiwa, karena selama ini keluarga tidak pernah membawa pengidap berobat ke dokter.
“Penyakit jiwa tidak menular, jadi tidak bisa disebut wabah. Ini namanya gangguan kejiwaan komunitas, walaupun penyebabnya ada pada individu masing-masing,” ujarnya.
Kepala Puskesmas Sindangkasih Rais Atum mengatakan, ke 14 pengidap yang terdata belum pernah berobat jiwa ke puskesmas. Masyarakat lebih banyak memilih pengobatan alternatif ke dukun, ajengan, atau ruqyah. “Alasan mereka beragam kenapa memilih pengobatan alternatif,” ujarnya. (Heri/R2/HR-Online)