Foto: Ilustrasi net/Ist.
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Beralihnya para pemakai miras dan Napza di Kota Banjar dengan menghirup uap lem atau aibon. Menurut psikiatri dokter spesialis penyakit jiwa, dr. Dyah Rikayanti, SPKJ., ada dua faktor yang menyebabkan para remaja melakukan hal seperti itu.
Pertama, faktor keluarga, yaitu orang tua kurang memperhatikan anak karena kesibukan rutinitasnya, sehingga si anak beraktualisasi di luar.
Kedua adalah faktor ekonomi sosial, yaitu orang tua tidak dapat memberikan pendidikan bermanfaat bagi anak, sehingga anak main ke jalan tanpa perhatian dari orang tuanya.
“Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting dalam membimbing serta memberikan pendidikan yang bermanfaat bagi anak,” kata Dyah, saat ditemui HR di ruang kerjanya, Selasa (10/02/2015).
Sedangkan, mengenai bahaya penyalahgunaan lem Aibon, lanjut Dyah, karena dalam lem tersebut terkandung zat Lysegic Acid Diethylamide (LSD), yaitu suatu zat halusinogen. Dimana pengaruhnya sangat luar biasa jika terhirup dan masuk ke paru-paru manusia.
Zat yang dihirup dalam lem Aibon menjadikan para pemakainya merasa senang dan bahagia, sehingga si pengguna akhirnya kurang beraktivitas karena halusinasi yang tengah dialaminya.
“Efek yang dialami pelaku penghisap lem sangat luar biasa, sering kali ada perubahan pada persepsi penglihatan, penciuman, perasaan, suara, dan tempat, sehingga mendorong si pengguna menjadi tenang dan merasa nyaman,” jelasnya.
Dyah menyebutkan, bahwa setiap orang yang menghisap lem Aibon secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan kematian secara mendadak. Hal itu dikarenakan terjadinya kram di bagian otot pernafasan (spasme).
“Uap dari lem tersebut bersifat iritan, sehingga akan mengiritasi mukosa saluran nafas dan melukai saluran pernapasan, akibatnya terjadi kram otot pernapasan,” paparnya.
Bagi pemakai yang sudah mengalami psikosa akan mengalami gangguan mental dan nantinya memerlukan pengobatan jiwa. Dari seringnya menghisap lem tersebut, si pemakai akan menagalami kecanduan, ketergantungan fisik dan psikologis. (Hermanto/Koran-HR)