Ilustrasi. Foto: Ist/Net
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mencatat jumlah penderita HIV/ AIDS hingga Bulan Mei 2015 mencapai 221 orang. Penerita HIV/ AIDS tersebut diketahui menyebar di seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis.
Kepala Seksi Penanganan Penyebaran Penyakit dan Penanggulangan Bencana Alam (P4B), H. Osep Hernandi, M.Kes, ketika ditemui HR, Senin (18/5/2015), memprediksi dalam waktu satu bulan kedepan, jumlah penderita HIV/ AIDS dipastikan akan bertambah.
“Dinkes sendiri kesulitan untuk memberikan pemahaman kepada orang-orang yang beresiko untuk melakukan tes HIV. Hal itu karena kurangnya kesadaran mereka terhadap bahaya dari penyakit ini,” katanya.
Osep menghimbau bagi siapapun yang merasa beresiko, untuk memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat. Pihaknya akan menjamin kerahasiaan identitas siapapun yang melakukan pemeriksaan atau tes HIV.
Sementara itu, Ketua LSM Wisma Ciamis, Deni Wahyu Jayadi, ketika ditemui HR, Selasa (19/05/2015), mengatakan, data yang tercatat di pihaknya, sampai Bulan Mei 2015, jumlah penderita HIV/ AIDS sudah mencapai sekitar 231 orang.
“Data kami pastinya berbeda dengan data yang ada di Dinkes Ciamis, karena kami terus melakukan pendampingan terhadap penderita HIV, sehingga bisa diketahui tambahan penderita dari komunitasnya,” jelasnya.
Menurut Deni, penderita HIV/ AIDS yang berada di wilayah Ciamis didominasi bukan dari kalangan Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pengguna narkoba saja, melainkan dari pasangan Lelaki Suka Lelaki (LSL).
“Melihat data ini memang sangat memprihatinkan. Perlu segera dilakukan pencegahan untuk memutus rantai penyebaran penyakit ini. Dari data terbaru, satu orang penderita dari kalangan PNS Pemerintahan Ciamis,” katanya.
Deni menandaskan, LSM Wisma akan terus melakukan penyuluhan ke berbagi pihak dan juga kalangan di seluruh wilayah Kabupaten Ciamis, sebagai bentuk upaya sosialisasi pencegahan terhadap penyebaran penyakit HIV/ AIDS.
“Pahami juga, bahwa penderita HIV/AIDS bukan untuk dikucilkan. Kami memerangi penyakitnya bukan penderitanya. Apabila nanti ditemukan subjek penderita, maka kami akan memberikan konseling dan tentunya identitas penderita kami rahasiakan,” pungaksnya. (es/Koran-HR)