Suasana malam di kawasan taman alun-alun Ciamis. Kawasan ini menjadi pusat pertemuan Waria asal Banjar, Tasikmalaya dan Ciamis. Photo : Eli Suherli/ HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Waktu menunjukkan jam 00.00 WIB (malam). Bagi sebagian orang waktu tersebut dipergunakan untuk istirahat setelah seharian menjalankan aktifitas kerja. Akan tetapi di balik itu semua, di kawasan perkotaan Ciamis terselip sebuah cerita yang sangat luar biasa.
Setiap malam, taman alun-alun Ciamis yang menjadi pusat keramaian menjadi saksi bisu bagi para penikmat susana malam, baik yang mencari kuliner atau mereka yang sekedar berjalan-jalan mengelilingi taman.
Seiring beranjak malam, HR mencoba menelusuri sisi gelap kehidupan malam para wanita-pria (waria) dan juga penjaja seks komersial (PSK) yang biasa mangkal di kawasan alun-alun Ciamis, untuk mencari pelanggan atau pengunjung yang datang ke lokasi taman alun-alun.
Meski sulit untuk berkomukasi dengan kalangan waria dan juga PSK, namun akhirnya Koran HR pada Minggu malam (01/06/2015), berhasil mengajak ngobrol salah satu waria sebut saja namanya jeruk. Ketika akan diajak bicara, jeruk terlihat melengak-lengkok seperti seorang perempuan.
Belum berbicara panjang, jeruk langsung meminta rokok kepada wartawan HR. “Mas boleh minta rokoknya dong sebatang, lagi sepi nih,” sahut dia. Lalu kami memberikan sebatang rokok. Jeruk pun langsung menghisapnya.
Ketika ditanya alasan menjadi seorang waria, jeruk mengaku terbawa pergaulan lingkungan dimana ketika itu dia bekerja di sebuah salon, namun bukan di daerah Ciamis. “Ya begitulah awalnya kenapa saya seperti ini sekarang. Akan tetapi karena mungkin sudah lama, dengan profesi ini justru saya merasa nyaman,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, meski menjadi waria bertentangan dengan kodrat kehidupan yang sebenarnya, namun harus bagaimana lagi. Kehidupan menjadi waria sudah nyaman baginya, maka profesi itu akan tetap dia jalani.
Disinggung masalah prostitusi di kalangan waria, jeruk tidak berbicara banyak, namun dia menyebutkan tidak semua waria melakukan hal itu, karena untuk urusan itu mereka sudah punya jalan dan cara masing-masing.
“Tidak semuanya waria menjajakan diri. Meski melakukan hal itu hanya kepada pelanggan yang sudah menjadi langganan. Pelanggannya mulai dari berbagai kalangan, ada anak muda, bapak-bapak bahkan ada juga anak-anak sekolah kalangan SMP, SMA,” ujarnya.
Dikatakan Jeruk, keberadaan waria di alun-alun Ciamis tidak semuanya berasal dari Ciamis, melainkan ada dari luar daerah seperti Tasikmalaya dan juga Kota Banjar. Biasanya untuk pertemuan sesama waria dipusatkan di alun-alun Ciamis, sembari menikmati suasana malam kota.
“Waria di Ciamis tidak semuanya menjadi pelaku prostitusi Cin, melainkan ada juga yang menjadi anggota LSM, untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi tentang bahaya penyakit HIV/ AIDS,” jelasnya.
Jeruk melanjutkan, meski menjadi waria, dirinya masih peduli terhadap kesehatan terutama bahaya HIV/ AIDS. Karena tidak banyak orang mengetahui tentang penyakit tersebut, diapun terus berusaha melakukan sosialisai.
“Mudah-mudahan dengan apa yang kami lakukan ini bisa membawa dampak yang positif terutama masalah kesehatan. Sebab, saat ini sangat minim sekali informasi mengenai bahaya penyakit HIV/ AIDS, terutama bagi masyarakat yang beresiko pada kehidupan malam,” jelasnya.
Menutup pembicaraan, Jeruk meminta untuk tidak mengambil gambar demi menjaga privasi waria. “Maaf ya mas, tolong jangan mengambil gambar saya,” pungkas Jeruk sambil meninggalkan HR karena waktu sudah menujukan pukul 03.00 WIB (dini hari) (es/Koran-HR)