Ilustrasi. Foto: Ist/Net
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Ketua LSM Wisma (Relawan HIV/AIDS) Ciamis, Deni Wahyu, meminta Pemkab Ciamis memberikan perhatian penuh terhadap penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Ciamis. Karena, menurutnya, saat ini penularan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Ciamis kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
Pihaknya, kata Deni, mencatat dari 231 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Ciamis, sekitar 50 persennya tertular di lingkungan keluarganya. Artinya, penularan penyakit mematikan itu dominan ditularkan melalui hubungan intim antara suami- istri atau ibu melahirkan yang menularkan terhadap bayinya.
Deni menambahkan, data terkait tingginya penularan penyakit HIV/AIDS di Ciamis yang banyak ditularkan di lingkungan keluarga, diperoleh setelah pihaknya melakukan wawancara dengan para penderita atau keluarganya.
“Sekitar 50 persen dari 231 penderita diketahui mereka tertular dari suami atau istrinya. Juga ada bayi yang tertular HIV dari ibunya,” terangnya, kepada Koran HR, pekan lalu.
Deni menegaskan, penularan HIV/AIDS sebelumnya didominasi dari prilaku menyimpang, seperti hubungan intim berganti-ganti pasangan dan narkoba jarum suntik. “Tetapi sekarang, tidak sedikit ibu rumah tangga di Ciamis yang tertular HIV dari suaminya atau bayi yang baru lahir tertular dari ibunya,” ujarnya.
Mengingat kondisi tersebut, kata Deni, perlu adanya perhatian penuh dari Pemkab Ciamis untuk melakukan upaya memutus mata rantai penyebaran penyakit tersebut. “ Di saat kondisi penularan HIV/AIDS yang sudah memperihatinkan seperti ini, tetapi Pemkab Ciamis hanya menguncurkan bantuan sekitar Rp. 20 juta per tahunnya,” katanya.
Deni mengatakan, pihaknya bersama relawan penanggulangan HIV/AIDS di Ciamis terus melakukan sosialisasi terkait penanggulangan penyakit tersebut ke masyarakat. Menurutnya, lembaga LSM Wiswa, bisa melakukan sosialisasi ke masyarakat karena mendapat bantuan dana dari lembaga donor luar negari.
“Tetapi, mulai bulan Juli nanti, lembaga donor dari luar negeri itu akan menghentikan bantuannya ke Indonesia. Artinya, dana untuk penanggulangan HIV/AIDS harus ditanggung oleh Pemkab Ciamis,” katanya.
Menurut Deni, bantuan dana yang dikucurkan Pemkab Ciamis ke Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Ciamis hanya sekitar Rp. 20 juta per tahun. Jika dana bantuan dari lembaga donor sudah dihentikan, kata dia, tentunya akan menghentikan gerakan para relawan untuk mensosialisasikan pencegahan HIV/AIDS kepada masyarakat.
“ Di pemerintah kabupaten/kota lain di Jawa Barat sudah memberikan bantuan yang layak untuk biaya penanggulangan HIV/AIDS. Tetapi, di Ciamis, perhatian pemerintah daerah untuk penanggulangan penyakit ini masih minim,” katanya.
Deni mengatakan, pihaknya mengusulkan agar anggaran penanggulangan HIV/AIDS diberikan porsi layak di APBD Ciamis, bukan berarti pihaknya ingin meminta anggaran. Namun, kata dia, pihaknya mengusulkan hal itu karena melihat kondisi penularan HIV/AIDS di Ciamis sudah memperihatinkan.
“Lembaga kami tidak dibantu anggaran oleh Pemkab pun tidak masalah. Kami hanya meminta Pemkab memberikan perhatian penuh terhadap kondisi ini. Pemkab cukup memberikan anggaran layak kepada KPA dan dinas terkait saja. Setelah itu, mari bersama-sama dengan kami untuk melakukan penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Ciamis,” katanya. (Bgj/Koran-HR)