Ilustrasi Mati Suri. Foto: Ist/Net
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Muslihudin (43), pria paruh baya yang dikenal sebagai tukang pijat asal Dusun Sindangasih, Desa Ciakar, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, dikabarkan pernah mengalami mati suri hampir selama satu hari.
Kematian yang dialaminya itu konon erat kaitannya dengan mahluk halus penunggu Sumber Mata Air Hulu Panyusuhan, di Dusun Sindangasih, Desa Ciakar, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis
Siti (85), ibu kandung Muslihudin, ketika ditemui Koran HR, Senin (03/08/2015), membenarkan peristiwsa mati suri yang dialami anaknya. Menurut dia, peristiwa itu terjadi pada tahun 1989. Awalnya, Muslihudin terjatuh dari pohon saat memetik buah melinjo bersama ayahnya di kebun di sekitar sumber mata air.
“Saat pulang ke rumah, anak saya biasa-biasa saja, tidak menunjukkan keanehan sediktipun. Dia pulang ke rumah jalan kaki. Tapi setelah beberapa lama berada di rumah, tiba-tiba anak saya terbujur kaku seperti orang yang sudah meninggal. Bahkan, denyut nadinya pun sudah berhenti,” katanya.
Abad (50), kakak kandung Muslihudin, mengaku tidak habis pikir apa yang terjadi pada adiknya saat itu. Abad sempat ingin membawa Muslihudin untuk pergi ke dokter, tapi niatan itu urung dilakukan. Dia pun mengaku adiknya saat itu sudah meninggal dunia. Namun, dia sedikit penasaran dengan penyebab meninggalnya yang seolah tanpa sebab.
“Tiba-tiba saja muncul untuk mendatangkan orang pintar. Dan benar saja, setelah orang pintar itu datang, kemudian membaca jampi-jampi, Muslihudin tersadar. Orang pintar itu bilang Muslihudin dibawa mahluk halus dari Hulu Panyusuhan,” ujarnya.
Sementara itu, ketika ditemui Koran HR, Muslihudin mengaku tidak menyadari dirinya mengalami mati suri. Hanya saja, kata dia, pada waktu itu terjatuh dari pohon melinjo yang ada di kebun Hulu Panyusuhan.
“Ketika sedang asik-asiknya memetik buah melinjo, tiba-tiba saja saya melihat gumpalan asap tebal. Asap itu menyelimuti badan saya. Dari atas pohon, saya melihat ada ratusan ekor kerbau yang sedang digembala seorang kakek-kakek. Sambil membelakangi, kakek itu mencambuk pohon melinjo hingga patah. Saat itulah saya terjatuh,” katanya.
Sesaat setelah terjatuh, lanjut Muslihudin, datang tiga orang laki-laki berseragam tentara. Tentara itu kemudian mengangkat dan membawanya ke dalam sebuah gerbong kereta api dengan tujuan Kerajaan Mataram. Sesampainya di kerajaan, orang-orang menginginkan dirinya menggantikan posisi raja yang saat itu sudah berusia lanjut.
“Anehnya, saat saya berada disana, saya tidak bisa berbicara sedikitpun. Dan bersamaan dengan itu, ubun-ubun dan jari kaki saya terasa sakit,” ucapnya. (Dji/Koran-HR)