Ketua Presidium Pembentukan Kabupaten Pangandaran, H. Supratman
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Ketua Presidium Pembentukan Kabupaten Pangandaran, H. Supratman, menegaskan, dirinya menyayangkan adanya perpecahan di tubuh presidium pada perhelatan Pilkada Pangandaran. Padahal, saat dulu berjuang menyukseskan pemekaran, seluruh tokoh pemekaran Pangandaran bersatu dalam wadah kekeluargaan presidium.
“Hanya karena berebut kue APBD, di Pilkada ini presidium pecah menjadi dua kubu. Saya sebagai ketua sebenarnya sedih, hanya karena sebuah kepentingan, presidium kini pecah,” tegasnya, kepada HR Online, Minggu (20/09/2015).
Surpratman mengatakan, apabila sebelumnya seluruh tokoh presidium melakukan musyawarah untuk menentukan calon bupati di Pilkada, mungkin tidak akan terjadi seperti ini.
“Saya dulu pernah mengajak para tokoh pemekaran untuk bermusyarawah dalam menentukan siapa calon yang layak diusung di Pilkada. Lalu buat kraterianya calon bupati yang menurut presidium layak. Tetapi, sebelum musyawarah itu dilakukan, tiba-tiba saja ada tokoh presidium yang menyebrang ke kelompok yang dari dulu bersebrangan dengan presidium,” tegasnya.
Malah, lanjut Supratman, saat ini terjadi manuver politik yang membuat masyarakat bingung, yakni munculnya presidium tandingan yang secara terang-terangan mendukung pasangan calon lain.
“Meski begitu, masyarakat Pangandaran tahunya presidium itu yang dipimpin oleh saya. Karena jelas saya dari masa perjuangan pemekaran diberi amanah sebagai ketua. Berarti mereka itu dengan tanda kutip presidium murtad. Kenapa saya bilang begitu? Karena mereka tidak sejalan dengan ketuanya,” tegasnya.
Supratman menegaskan, klaim kelompok tersebut yang menyebut bahwa mampu mengendalikan pengurus presidium hingga ke tingkat kecamatan dan desa untuk diarahkan mendukung ke salah satu calon, hanyalah omong kosong belaka.
“Dari dulu yang mengendalikan presidium ya saya. Tidak pernah ada orang lain selain saya yang mengendalikan presidium. Itu yang perlu dicatat. Jadi, jika ada orang yang mengklaim bisa mengendalikan pengurus presidium hingga ke tingkat desa, saya hanya ingin tertawa,” tandasnya.
Supratman mengatakan, dirinya dari masa perjuangan pemekaran dominan mengendalikan presidium, bukan karena keinginannya. Justru, kata dia, tokoh-tokoh yang menyebrang ke kelompok lain itulah yang selalu meminta dirinya untuk berada di garda depan.
“Saya masih ingat, pada sekitar tahun 2009, ketika pemerintah pusat mengeluarkan moratorium pemekaran daerah, tokoh-tokoh itu pada tiarap dan seperti pesimis Pangandaran bisa mekar. Saya waktu itu berinisitif sendiri membangkitkan kembali pemekaran agar masyarakat Pangandaran tidak patah semangat. Tetapi, ketika peluang Pangandaran untuk mekar kembali ada, setelah ada perjuangan dari DPR RI, mereka pada muncul kembali,” ungkapnya.
Jika melihat kondisi saat ini, kata Supratman, dirinya justru bingung. Karena banyak orang yang mengklaim paling berjasa membesarkan presidium. “ Presidium saat di Pilkada ini jadi dagangan yang laku keras. Sampai-sampai sekarang jadi rebutan. Tetapi, kalau saya boleh bertanya, kenapa mereka-mereka itu dulu saat pemerintah mengeluarkan moratorium pemekaran pada tiarap. Tetapi setelah presidium sukses melahirkan Pangandaran, mereka ingin terlihat paling berjasa,” tegasnya. (Mad/R2/HR-Online)
Berita Terkait
(Pilkada Pangandaran) Presidium Kubu Supratman Unjuk Gigi Kumpulkan Massa
(Pilkada Pangandaran) Ternyata, Ada MoU Antara Presidium dengan Hidmat