Idi Shaidin, Juru Kunci Situs Budaya Batu Panjang, saat menunjukkan lokasi Situs yang berada tepat di jalur alternatif Ciamis-Majalengka atau lebih dikenal dengan tanjakan jahim. Photo: Eli Suherli/ HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Situs Budaya Batu Panjang yang terdapat di Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat, dipercaya masyarakat sebagai peninggalan sejarah Kerajaan Galuh. Bahkan dewasa ini, Situs Budaya Batu Panjang tersebut kerap dikunjungi wisatawan dari luar daerah.
Idi Shaidin, Juru Kunci Situs Budaya Batu Panjang, ketika ditemui Koran HR, Senin (12/10/2015), mengatakan, untuk menuju lokasi Situs Budaya tersebut tidaklah terlalu sulit. Pasalnya lokasi situs berada tepat di pinggir jalur alternatif Ciamis-Majalengka atau lebih dikenal dengan tanjakan jahim.
Menurut cerita Juru Kunci yang sudah bertugas sejak 20 tahun silam itu, Situs Budaya Batu Panjang menyimpan cerita mistis. Bahkan, cerita itu membuat masyarakat disana menjadi ketakutan.
“Kebanyakan masyarakat yang mengetahui keberadaan Situs Budaya Batu Panjang ini bercerita bahwa batu-batu yang tergeletak itu merupakan bentuk lain dari ular jadi-jadian. Ada juga yang menyebutkan bahwa di bawah batu-batu itu terdapat makam yang menyerupai ular,” ujarnya.
Mitos lain yang beredar di masyarakat, kata Idi, bila seseorang datang di Bulan Mulud, kemudian mampu mengukur panjang salah satu batu dengan kedua tangan, maka usahanya akan dimudahkan serta mendapatkan rezeki yang berlimpah.
“Setiap pada Bulan Mulud, baik siang ataupun malam, pasti tempat ini banyak dikunjungi orang. Begitupun di hari-hari biasa, ada saja orang yang datang kesini,” katanya.
Edi menuturkan, Situs Budaya Batu Panjang faktanya merupakan lokasi ditemukannya batu-batu panjang yang berserakan, bersusun dan berdiri. Masyarakat juga mengenal situs tersebut sebagai Situs Batu Kendang, karena ditemukan bongkahan batu yang menyerupai satu set kendang.
“Dilihat dari fisiknya, beberapa batu disini ada yang berbentuk kendang, meja atau dolmen besar dan bundar. Biasanya itu digunakan untuk menyimpan hidangan atau sesajen pada saat upacara tertentu. Ada juga batu tegak atau menhir yang dibuat untuk tujuan khusus. Biasanya batu itu digunakan untuk upacara pemujaan pada roh nenek moyang atau ketua suku. Batu menhir ini juga dijadikan lambang tempat keramat yang digunakan untuk berhubungan dengan dunia roh,” katanya. (Es/Koran-HR)