Ilustrasi. Foto: Ist/Net
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Di tepi jalan perbatasan antara Desa Batulawang dengan Desa Sukamukti, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, ratusan plastik sachet obat batuk komik berserakan yang diduga obat tersebut disalahgunakan untuk mabuk oleh sejumlah remaja.
Pasalnya, obat yang seharusnya digunakan untuk meredakan batuk, jika dikonsumsi secara berlebihan atau melebihi dosis yang dianjurkan, maka pengguna mengalami halusinasi bahkan mabuk.
Menurut Eni (48), salah seorang warga setempat yang sedang menggarap lahan kebun pisangnya di area PTPN VIII Batulawang, bahwa ratusan sachet komix yang berserakan kerap dikonsumsi remaja yang nongkrong di sekitar tugu batas desa tersebut.
“Biasanya waktu sore hari para remaja berkumpul di sini. Kadang mereka masih menggunakan seragam sekolah. Selain itu, mereka berkerumun mengkonsumsi komix sampai mabuk,” terang Eni, kepada Koran HR, pekan lalu.
Menanggapi fenomena tersebut, Komisi I DPRD Kota Banjar, Gun Gun Gunawan Abdul Jawad, S.Ud., mengaku baru mengetahui kalau obat batuk komix menjadi alternatif bagi para remaja untuk mabuk. Dia menduga, para remaja yang kerap melakukan perbuatan tersebut berasal dari keluarga broken home.
“Peran orang tua sangat penting, terutama dalam memberikan kasih sayang terhadap anaknya. Bila seorang anak jarang mendapatkan kasih sayang, maka banyak temuan negatif yang membuktikan efeknya, seperti halnya mabuk-mabukan. Saya sangat prihatin melihat kejadian tersebut,” ungkapnya.
Menurut Gun Gun, semakin maraknya kenakalan remaja maupun kejahatan yang disebabkan oleh mabuk-mabukan, maka pelaksanaan Peraturan Daerah (Perda) tentang Minuman Keras (Miras) harus ditingkatkan.
Pasalnya, semakin majunya teknologi informasi membuat seseorang bisa dengan cepat mendapatkan ide untuk melakukan hal negatif. Untuk itu, pihaknya berharap semua elemen masyarakat dapat bekerjasama meminimalisir penggunaan miras maupun obat-obatan terlarang.
“Nanti akan saya bahas dengan para anggota dewan di Komisi I. Mitra kerja kami yakni Dinas Kesehatan juga akan kami undang untuk mendiskusikan persoalan ini,” kata Gun Gun.
Sementara itu, menurut dr. RR. Dyah Rikayanti N, Sp.KJ, salah seorang psikiatri di RSUD Kota Banjar, bahwa obat batuk komix mengandung zat dextromethorphan HBr. Zat tersebut bila dikonsumsi secara berlebihan akan mengalami perasaan senang maupun fly atau perasaan terbang. Bahkan, bila zat dextro sering dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan penurunan kesadaran hingga kejang-kejang.
“Kalau hanya mengkonsumsi satu sachet itu bisa meredakan batuk. Namun, bila sampai 10 sachet akan mengakibatkan mabuk. Lebih parahnya lagi, ketika obat tersebut dicampur dengan bahan lain seperti intisari, maka orang yang mengkonsumsinya akan mengalami kejang-kejang,” terangnya.
Dia berharap, obat batuk komix yang kini dijual bebas di pasaran, dapat dibatasi oleh pemerintah. Selain itu, perusahaan farmasi bersama pemerintah mengeluarkan tanda pada obat tersebut menjadi warna merah, yakni menjadi obat keras yang harus menggunakan resep dokter.
Karena, menurut Dyah, ketika tanda pada obat dapat dirubah menjadi warna merah, maka kasus tersebut dapat diminimalisir. (Muhafid/Koran-HR)