Sampai hari kedua, Rabu (27/04/2016), baru 250 dari 400 los relokasi pasar Muktisari, Kec. Langensari, Kota Banjar, yang atap terpal sudah dipasang. Selain itu, kondisi area jalan bantaran Citanduy yang dijadikan tempat los relokasi ini tanahnya bergelombang. Photo : Nanang Supendi/HR.
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Dari 400 los relokasi pasar Muktisari, Kec. Langensari, Kota Banjar yang dibangun, baru 250 los yang atap terpalnya sudah terpasang, sedangkan sisanya yaitu 150 los yang belum dipasang. Padahal pedagang tersebut sudah menempati los itu sudah hari kedua.
Alhasil, sebagian pedagang yang atap terpalnya sudah terpasang terpaksa memasang terpal sendiri, bahkan yang atapnya sudah terpasang terpal pun menggantinya atau ditambah menggunakan Asbes dengan modal sendiri.
“Gimana sih ini! Di hari kedua, kami masih menempati bangunan los relokasi tanpa atap, semrawutlah!,” tukas salah seorang pedagang sayur, Nana Suryana, kepada HR Online, Rabu (27/04/2016).
Meski kecewa, Nana tetap berjualan dengan memasang atap terpal membawa dan dipasang sendiri. Hal itu dia lakukan agar saat berjualan terhindar dari sengatan terik sinar matahari, dan menjaga turun hujan.
“Contoh hari kemarin saja, Selasa (26/04/2016), terjadi hujan. Ya, bangunan ini bocor karena memang terpalnya banyak yang bolong, bahkan mengapung ke atas kena hembusan angin. Ah repot,” ungkapnya penuh kesal.
Rasa kesal sama diungkapkan Giran, pedagang rempah-rempah jamu. Mestinya, katanya, hal seperti ini Pemkot melalui intansi terkait yang membangun los relokasi ini harus bisa menduganya.
Artinya, tambah dia, pedagang jangan disuruh pindah berjualannya sebelum los relokasi tuntas dikerjakan. “Ini mah aneh, pasar lama sudah dibongkar, tapi bangunan los relokasi belum jadi,” tandas dia.
Jika harus dipaksakan seperti itu, seharusnya pelaksana teknis pengerjaan bangunan los relokasi, dalam hal ini DCKTLH harus ngebut melakukan pemasangan atap jauh-jauh hari.
“Ini mah bukan ngebut. Kalau ngebut kenapa kami dihari kedua pasar masih menempatinya tanpa atap,” tanya Giran.
Belum lagi, pihaknya pedagang harus menempati los relokasi dengan kondisi area jalan bantaran Citanduy ini tanahnya bergelombang. “Mestinya, itu juga diantisipasi tanahnya diratakan dulu. Kalau seperti ini, pegadang lagi yang repot,” keluhnya.
Menurtunya, lain hal kalau memang dari awal dikerjakan penuh secara mandiri, tentu pihaknya tak akan banyak menggerutu atau banyak bicara.
“Tapikan diingat lagi, adanya proyek revitalisasi, pasti ada anggaran relokasinya. Jadi mana hak-hak kami yang harus diterima sebagaimana mestinya,” pungkas dia. (Nanks/R5/HR-Online)