Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Pasca Lebaran Idul Fitri, harga daging ayam potong di Pasar Banjar masih enggan turun. Hingga hari Selasa (12/07/2016), harga daging ayam mencapai Rp.45.000-Rp.50.000 per kilogram, sedangkan harga normalnya Rp.32.000 per kilogram. Kenaikkan harga daging ayam ini terjadi sebelum Ramadhan dan pasca Lebaran. Hal itu disebabkan dari berkurangnya pasokan, sehingga para pedagang terpaksa mendatangkan ayam dari wilayah Jawa Tengah.
Dadi Supriadi (38), salah satu pedagang daging ayam di Pasar Banjar, mengaku kewalahan dengan kenaikkan harga daging ayam yang cukup fantastis ini. Bahkan, dampak dari kenaikkan tersebut konsumen pun jadi berkurang.
Baca juga: Kacian! Harga Daging Ayam Meroket, Peternak di Ciamis Tak Dapat Untung
Pantauan HR di Pasar Banjar, hingga menjelang siang, beberapa pedagang masih menyisakan dagangannya dengan jumlah cukup banyak akibat kurangnya permintaan dari konsumen.
Kenaikkan harga daging ayam membuat masyarakat menjerit. Karena, akibat dari kenaikkan ini angggaran belanja para ibu rumah tangga jadi membengkak. Terlebih bagi mereka yang telah menjadikan daging ayam sebagai kebutuhan utama demi mencukupi gizi keluarganya.
Salah seorang konsumen warga Pataruman, Siti (34), mengatakan, harga daging ayam sudah mencapai Rp.50.000 per kilogramnya. Namun, karena untuk kebutuhan, dia pun tetap membelinya. “Kemarin-kemarin saya beli masih 32 ribu rupiah, tapi sekarang mahal menjadi 45 ribu rupiah sampai 50 ribu rupiah,” tuturnya, ketika dijumpai HR di Pasar Banjar.
Dengan naiknya harga daging ayam, Siti menyiasati belanja hariannya dengan cara mengurangi pembelian daging unggas tersebut. Bila sehari dia beli 3 kilogram, sekarang menjadi 1 kilogram saja.
Baca juga: Jelang Puasa, Omset Penjualan Daging Ayam Anjlok
Berbeda dengan Siti, Romlah (50), warga Kecamatan Purwaharja, yang memilih membeli bagian ceker, jeroan atau kepala ayam sebagai alternatif atas melambungnya harga daging ayam saat ini. “Ya beli ini saja, ceker, jeroan, dan kepala ayam, karena dagingnya terlalu mahal,” ujar Siti.
Sementara itu, Asep Hidayat (42), salah satu pedagang goreng ayam, mengatakan, karena harga daging mahal, sampai saat ini dirinya belum berani berjualan lagi. “Bingung jualnya juga, harganya terlalu mahal,” ucapnya.
Asep berharap pemerintah dapat turun tangan untuk kembali menstabilkan harga daging ayam di pasaran. Jika harganya terus meroket, tentu akan memberatkan masyarakat karena sampai saat ini daging ayam sudah menjadi komoditi utama yang dibutuhkan warga. (Hermanto/Koran-HR)