Sainah (50), pedagang makanan tradisional di kawasan Pasar Bojongantong, Kecamatan Langenasari, Kota Banjar, tampak sedang melayani pelanggannya. Photo: Muhafid/HR.
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Pasar tradisional menjadi salah satu jantung perekonomian masyarakat. Kedudukan pasar tradisional pun masih tetap penting dan menyatu dalam kehidupan masyarakat.
Saat waktu subuh tiba, puluhan pedagang Pasar Bojongkantong, Kelurahan Bojongkantong, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, mulai sibuk mempersiapkan barang dagangannya.
Sementara itu, para kuli panggul tergopoh-gopoh membawa karung dari pinggir jalan untuk dibawa masuk ke dalam pasar. Karung-karung tersebut berisi barang hasil pertanian yang dijual petani kepada pedagang di Pasar Bojongkantong.
Di tempat yang sama, saat matahari mulai menampakan sinarnya, Sainah (50), pedagang makanan tradisional cenil atau biasa disebut cetil, menata beberapa ragam makanan khas pedesaan, diantaranya cenil, gatot, tiwul dan pecel.
“Biasanya sampai siang hari dagangan saya sudah habis. Nanti tinggal siap-siap untuk dagang sore di pinggir jalan komplek Pasar Bojongkantong,” katanya, kepada HR, Minggu (14/08/2016).
Sebagai penjual makanan tradisional yang dijajakan di pasar wilayah Kecamatan Langensari dan Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Sainah mengaku senang diberi kesempatan untuk menyambung hidupnya, meski dirinya hanya berjualan di pinggiran pasar.
“Pasar Bojongkantong kan belum setiap hari buka, hanya hari Kamis dan Minggu saja. Kalau saja setiap hari, saya tidak perlu repot-repot berjualan hingga ke Pasar Cikawung, Kecamatan Lakbok,” ucap Sainah.
Sementara itu, Mailah (55), pedagang daging ayam asal Lingkungan Margasari, Kelurahan Bojongkantong, mengatakan, pedagang yang berjualan di Pasar Bojongkantong kebanyakan warga yang tinggal di wilayah Kecamatan Langensari, dimana dalam berjualannya mereka selalu berpindah-pindah dari pasar ke pasar yang ada.
“Pasar tradisional di wilayah sini kan banyak, seperti Pasar Bojongkantong, Pasar Muktisari, Pasar Cikawung, Lakbok. Jadi rata-rata mereka berdagang bukan hanya di satu tempat. Berbeda dengan pedagang yang sudah menetap seperti di pasar induk, Banjar,” tuturnya.
Saat disinggung soal Pasar Bojongkantong menjadi pasar harian, Mailah menampik hal itu bakal terjadi. Pasalnya, para pedagang akan kewalahan memilih meninggalkan salah satu lapaknya yang sudah dijalani di beberapa pasar yang ada.
“Tidak mungkin ada yang mau mas, masa kios ataupun losnya akan ditinggalkan begitu saja. Soalnya dulu itu kita kan prosesnya panjang untuk mendapatkan tempat jualan di pasar,” ujar Mailah.
Berbeda dengan Rohman, salah satu pedagang/pemilik toko di kawasan Pasar Bojongkantong, justru memilih Pasar Bojongkantong berubah dari pasar mingguan menjadi pasar harian. Bahkan, dirinya berharap hal tersebut bisa diwujudkan agar para pedagang tidak repot harus berpindah-pindah tempat.
“Tidak semuanya berdagang di pasar yang berbeda, terutama pedagang yang menempati los. Supaya mereka tidak harus menunggu hari pasaran tiap minggunya, saya kira ada baiknya Pasar Bojongkantong jadi pasar harian seperti pasar induk Banjar,” harapnya.
Soal dampak keuntungan kepada pemilik toko, menurut Rohman hal itu tidak terlalu besar efeknya. Karena langganan sudah jelas datang, baik saat hari pasar maupun bukan hari pasar. (Muhafid/Koran-HR)