Ibu Hati (60) pengrajin gula aren di dusun Pager Batu RT 22/RW 07, Desa Batulawang, Kec. Pataruman, tengah membungkus gula aren produksinya dengan daun kelapa kering atau kalaras, Sabtu (03/09/2016). Photo: SBH/HR.
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Ibu Hati (60) pengrajin gula aren asal dusun Pager Batu, RT 22/RW 07, Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, menjamin gula aren produksinya bebas bahan pengawet, ditengah maraknya gula merah aren dicampur bahan pengawet formalin.
“Saya malah ga ngerti apa itu formalin,” tanyanya kepada harapanrakyat.com, Sabtu (03/09/2016).
Hati menjelaskan bahwa gula aren produksinya dibuat secara alami, alias tak memakai bahan campuran pengawet. “Setelah suami saya selesai menyadap air nira, langsung kami olah. Air nira yang akan dimasak terlebih dahulu disaring agar hasil gula arennya tidak kotor. Makanya gula aren dari pager batu sangat berkhasiat dan cocok untuk menseduh kopi,” ujarnya.
Tekstur gula aren produksi ibu Hati dan Adung (65) memang terasa lebih lembut saat dicicipi, bahkan diyakini sangat baik bila dibuat gula semut. “Gula aren ini tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Air nira daerah gunung sangkur memiliki kwalitas terbaik,” akunya.
Satu liter air nira menurut Adung bisa menjadi satu gandu gula aren, sementara satu bonjor atau satu bungkus gula aren berisikan 10 gandu gula.
Adung sangat menjaga kualitas air nira sadapannya, agar kwalitas gula arennya terjaga. Salah satu kiatnya yaitu menjaga tetap bersih jerigen sadapan miliknya. “Kalau dulu pake bambu yang sering disebut lodong, sekarang lebih ringan dan praktis pake jerigen,” ujarnya.
Setelah selesai mengemas lima bonjor gula aren, Hati menyimpannya diatas tungku masak, dan kembali memasak air nira yang dibawa pulang suaminya Adung, untuk kembali diproduksi memenuhi permintaan konsumennya. (SBH/R1/HR-Online)