Puluhan sak ukuran 25 kilogram gula halus bertuliskan “Love Sweet Cristaline Fruktose” terlihat menumpuk di gudang penyimpanannya milik Wawan, salah seorang pengrajin gula merah di Langensari, Kota Banjar. Photo: Nanang Supendi/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Sejumlah pengrajin gula merah di Kota Banjar yang biasa memakai campuran gula rafinasi (Kristal) dalam produksinya, kini mulai memakai campuran gula halus berbentuk tepung atau disebut juga fruktose (gula buah, gula lebih manis dari rafinasi). Padahal, gula tersebut dapat membahayakan bagi kesehatan dan dinilai tak layak konsumsi oleh kalangan rumah tangga.
Penggunaan Fruktose salah satunya ditemukan di rumah Wawan, pengrajin gula merah di Dusun Kedungwaringin, RT. 03, RW. 05, Desa Waringinsari, Kecamatan Langensari. Saat Koran HR mengunjunginya, Minggu (18/09/2016), selain tumpukan karung 50 kilogram gula rafinasi, di gudang penyimpanannya juga terlihat puluhan sak ukuran 25 kilogram gula halus bertuliskan “Love Sweet Cristaline Fruktose.”
“Gula halus itu digunakan sekedar tambahan campuran dari gula rafinasi untuk memproduksi gula merah. Terlebih gula halus harganya lebih murah dari gula rafinasi,” kata Wawan, kepada Koran HR.
Dia mengungkapkan, gula halus fruktose harganya Rp.11.500 per kilogram, sedangkan gula rafinasi hanya Rp.11.700 per kilogram. Jadi lebih murah Rp.200 dalam setiap satu kilogramnya.
“Saya beli atau saya gunakan gula fruktose untuk campuran produksi gula merah ini baru tiga hari. Gula halus atau fruktose merupakan tahapan kandungan rasa manisnya dari beberapa jenis gula pasir, yaitu sucrose, glukose dan itu tadi fructose,” terangnya.
Namun, Wawan mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui persis penggunaan gula fruktose selain bisa untuk campuran produksi gula merah. Menurut dia, yang terpenting baginya gula tersebut digunakan untuk meningkatkan rasa manis, apalagi harganya lebih murah dari rafinasi.
Wawan juga mengaku, setiap harinya dirinya mampu memproduksi gula merah sebanyak 1,5 ton dengan campuran gula rafinasi 1 ton per hari. Sedangkan, campuran gula fruktose hanya sedikit, paling per harinya menghabiskan 50 kilogram.
Namun, ketika Koran HR mengunjunginya di hari berikutnya, yakni Selasa (20/09/2016), Wawan mengaku bahwa dirinya sudah tidak lagi menggunakan campuran gula fruktose dalam memproduksi gula merah, dengan alasan kualitas yang dihasilkannya kurang bagus dan kurang manis.
Bahkan, tumpukan zak gula fruktose yang sebelumnya terlihat di gudang penyimpanannya pun sudah tidak ada, hanya tinggal beberapa karung gula rafinasi. Wawan tak menjawab secara pasti kemana tumpukan gula fruktose itu.
“Yang jelas saat ini gula merah produksi kami dijual dengan harga 11.200 rupiah per kilogramnya dan dibawa oleh pembeli ke luar kota, seperti Bandung, Jakarta dan kota besar lainnya. Tapi saya tak tahu persis penggunaannya itu untuk konsumsi langsung masyarakat umum atau sebagai bahan produksi industry,” pungkas Wawan. (Nank’s/Koran HR)