Ojo, warga Dusun Sinargalih, Desa Sinartanjung, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, tampak sedang memungut sampah plastik bekas minuman air mineral yang tersangkut di sekitar jembatan. Saat sampah menumpuk di saluran irigasi, dia dan sejumlah warga lainnya kerap memanfaatkannya untuk mengais rejeki. Photo: Muhafid/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Budaya membuang sampah sembarangan masih saja kerap terjadi di Kota Banjar. Bukan hanya di tempat-tempat terbuka, namun saluran air seperti sungai pun menjadi sasaran warga untuk membuang limbah sampah.
Hal itu terlihat di sepanjang saluran irigasi yang membentang antara wilayah Desa Mulyasari dan Desa Sinartanjung, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar. Air yang mengalir membawa tumpukan sampah. Pada saat intensitas air cukup tinggi, sampah pun menumpuk di sekitar jembatan yang ada di saluran tersebut.
Menumpuknya sampah di sekitar jembatan dimanfaatkan pula oleh warga setempat untuk mengais rejeki. Salah satunya Maesaroh, warga Dusun Rancakole, Desa Mulyasari. Dia mengaku mencari rongsok di saluran irigasi ketika sampah menumpuk.
“Tumpukan sampah yang cukup banyak ini berasal dari Sungai Citanduy. Akibat kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai, jadi wajar bila saat air meluap sampahnya cukup banyak. Saya cuma mengambil sampah plastik bekas minuman air mineral saja,” tuturnya, kepada Koran HR, Selasa (06/09/2016).
Maesaroh mengaku, kegiatan mencari rongsok hanya sebatas mengisi waktu kosong saja saat sampah melimpah. Karena, hasil dari memungut sampah plastik di sungai memang tidak begitu menjanjikan, hanya cukup untuk membeli bumbu dapur.
Sebenarnya Maesaroh sendiri merasa prihatin melihat sampah yang menumpuk di saluran irigasi. Menurut dia, seharusnya hal ini tidak terjadi lantaran akan berdampak buruk pada lingkungan dan bisa juga berakibat fatal, misalnya terjadi banjir.
Di tempat yang sama, Ojo, warga Dusun Sinargalih, Desa Sinartanjung, mengatakan, walaupun limbah sampah yang hayut terbawa air menjadi keberkahan tersendiri, namun dirinya merasa sedih ketika hal itu terus menerus terjadi di sungai.
“Kalau sedang banyak sampah, saya juga hanya mengambil limbah plastik bekas air mineral. Bila dijual, 1 kilogram limbah plastik bekas air mineral hanya laku 2 ribu rupiah. Saya paling dapat 5 sampai 10 kilogram. Kalau sampah lain ya dibiarkan saja karena tidak ada nilai jualnya,” terangnya.
Melihat kondisi sampah yang menumpuk di aliran sungai, Ojo berharap pemerintah bisa mengantisipasi dengan melarang warganya membuang sampah sembarangan. Pasalnya, budaya membuang sampah sembarangan akan berdampak buruk bagi warga yang ada di sekitar sungai.
Dari pantauan Koran HR di sepanjang saluran irigasi tersebut, banyak terdapat timbunan sampah yang sengaja dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah di sekitar sungai. Selain itu, sejumlah pintu air pun turut penuh oleh sampah plastik, limbah sayuran, serta limbah rumah tangga lainnya. (Muhafid/Koran-HR)