Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Situs Batu Panjang di Dusun Cimara, Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, berpotensi menjadi obyek wisata akreologi. Ironisnya, meski sudah dikenal sejak lama, Situs Batu Panjang belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
Juru Kunci Situs Batu Panjang, Idi Sahidi, ketika ditemui Koran HR, di kediamannya, Senin (12/09/2016) pekan lalu, mengatakan, lokasi Situs Batu Panjang berada di atas lahan seluas 01, hektar, di kawasan perkebunan pinus yang dikelola oleh RPH Madati BKPH Ciamis.
Idi menturkan, Situs Batu Panjang sudah dikenal sejak lama. Sebab, selain erat kaitannya dengan penyebaran agama islam, juga ada kaitannya dengan kerajaan Galuh. Meski demikian, kandungan sejarahnya belum dikenal oleh masyrakat secara umum.
Menurut Idi, beberapa tahun silam pernah ada peneliti yang datang, namun hasilnya belum tersebar di kalangan umum. Situs Batu Panjang layak untuk dikaji dan diteliti, terlebih secara fisik banyak kumpulan batu-batu andesit berukuran besar dengan bentuk yang pada umumnya memanjang dengan posisi berdiri, memancang dan roboh melintang.
Senada dengan itu, Damiri (70), warga Dusun Cimara, mengatakan bahwa ada yang meyakini batu panjang tersebut sebagai ular jadi-jadian. Disisi lain, jika mampu mengukur batu panjang dengan kedua tangan (didepa – basa sunda) rezeki akan mudah datang, apalagi kalau dilaksanakan pada bulan Maulid.
Menurut Damiri, batu panjang juga disebut sebagai kendang. Hal tersebut disebabkan ada sebongkahan batu panjang yang disangga dua batu kecil sehingga menyerupai satu set kendang.
Wawan (29), pemuda asal Cingambul Majalengka, mengatakan, kondisi Situs Batu Panjang sangat mengkhawatirkan. Artefak-artefak yang ada di lokasi sebagian tertutup tanah dan berada di semak-semak.
“Situs ini sangat membutuhkan perawatan dan penelitian yang tak lain untuk membuktikan tentang kaitannya dengan sejarah di masa lalu dengan jaman pra sejarah. Sebab, berpotensi untuk dijadikan obyek wisata baru Akreologis,” katanya.
Elan Suherlan. MPD, tokoh masyarakat setempat, mengatakan, kalau dilihat dari bentuk fisiknya, batu yang ada terkesan berupa dolmen yang berfungsi dan digunakan untuk menghidangkan makanan atau sesaji.
Ada pun batu yang berdiri tegak, kata Elan, dimungkinkan itu sebagai menhir untuk tujuan khusus seperti upacara pemujaan pada roh nenek moyang atau ketua suku. Menhir lebih dominan menjadi lambang tempat keramat yang ada kaitannya dengan hal-hal ghaib.
Meski demikian, menurut Elan, dimungkinkan menhir atau batau-batu lainnya merupakan peninggalan budaya masa megalitikum yang berkembang anatar 2500-1500 M. Terlebih semua batu yang ada memenuhi unsur megalitik yang menggambarkan awalnya sebagai wilayah sakral.
Kepala Desa Cibeureum, Didi Kamsidi, ketika ditemui Koran HR di kediamannya, mengatakan, selain batu panjang yang ada di Dusun Cimara atau Tanjakan Jahim, juga ada dua lokasi yang layak untuk dijadikan obyek wisata baru.
“Yaitu Situ Cibubuhan dan Curug Cigoong. Jarak dari tempat yang satu dengan lainnya saling berdekatan. Sehingga wilayah ini layak untuk dijadikan obyek wisata baru,” katanya. (Dji/Koran HR)